Setelah membeli nasi gorengnya Mang Tejo, aku kembali masuk ke kamarku lalu menyantap nasi goreng yang menjadi favoritku itu.
Aku membiarkan pintu kamarku terbuka begitu saja, lagipula masih belum terlalu malam dan supaya kamarku tidak terlalu pengap karena pintu dan jendela yang selalu tertutup.
Selesai makan, aku mencuci piring yang sebelumnya ku gunakan untuk makan nasi goreng di dapur dan kembali ke kamarku. Saat itu perhatianku tertuju pada kamar di sebelahku, yaitu kamarnya Mbak Hana.
Tumben sekali sudah jam segini dia masih belum pulang kuliah, bahkan sejak aku pulang sekolah tadi, kamarnya masih tertutup rapat dan gelap.
Seketika aku teringat dengan kejadian waktu itu, saat aku mengintip Mbak Hana sedang melakukan vcs dengan seseorang. Aku mengingat begitu brutalnya Mbak Hana melakukan masturbasi sehingga aku tiba-tiba membayangkannya.
'Gimana ya rasanya jika lubang vaginaku dimasuki dua dildo sekaligus seperti Mbak Hana waktu itu,' ucapku dalam hati.
Berusaha mengabaikannya, akupun segera masuk ke kamarku dan menutup pintu kamar rapat-rapat.
Aku kembali ke kamar mandi untuk mengambil wudhu karena sebentar lagi masuk waktu shalat isya'.
Setelah shalat pikiranku terasa lebih tenang dari sebelumnya, aku bergegas kembali melanjutkan mengerjakan tugas yang hanya tinggal beberapa soal tadi.
Meski kira-kira hanya tinggal lima soal, butuh waktu cukup lama untuk mengerjakannya. Apalagi tugas matematika yang diberikan oleh Pak Wahyu di grup kelas tadi, harus memberikan penjelasannya juga.
Sekitar pukul setengah sembilan malam aku baru selesai mengerjakan semua tugas. Aku lalu memotret hasil jawabanku dan mengirimkan semuanya pada teman laki-laki di kelasku.
Setelah itu, aku sekalian menyiapkan buku-buku untuk pelajaran besok, supaya besok aku tidak terlalu terburu-buru. Seperti biasanya, Pak Burhan mengirimku pesan untuk datang lebih pagi dan langsung menuju ruangannya.
Sudah menjadi rutinitasku setiap pagi aku harus memberikan jatah kepada kepala sekolah, tak tahu besok ia akan mengajak siapa lagi.
Saat aku akan membuka pesan chat dari Fajar dan Daniel, ponselku berdering ada panggilan masuk. Ternyata panggilan itu dari Pak Evan, aku segera mengangkatnya karena takut ia tersinggung karena harus menunggu lama.
"Se-selamat malam Pak Evan, a-ada yang bisa saya bantu?" Ucapku begitu panggilan itu terhubung.
Meski sebelumnya aku sudah bertemu bahkan ia sudah menikmati tubuhku, aku merasa sangat gugup malam ini.
'Yaa... Selamat malam, kamu kenapa Widya? Tidak biasanya kamu gugup seperti ini...'
"Eee... Saya... I-itu..."
Aku sama sekali tidak bisa berkata apa-apa lagi, hingga akhirnya aku terdiam beberapa saat.
'Hahaha... Tidak usah gugup seperti itu, saya hanya merindukanmu Widya, tapi saat ini saya sedang di luar kota sejak beberapa hari yang lalu. Dan... Mungkin bulan depan saya baru bisa kembali.'
"Iya Pak, terus a-apa yang harus saya lakukan?"
Ah, bodohnya aku bertanya seperti itu. Pastinya Pak Evan ingin sekali menikmati tubuhku. Tapi kan dia sedang di luar kota, apa aku harus pergi menyusulnya? Tapi bagaimana dengan sekolahku?
'Hahaha... Kamu besok sekolah?'
"Iya Pak, besok saya masih sekolah... Ee... Apa saya besok tidak masuk saja..."
'Tidak usah, jangan... Nanti kamu malah ketinggalan pelajaran,' ucapnya memotong apa yang ingin kukatakan.
'Begini saja, saya mau kita video call sex saja, nanti sebagai bayarannya akan saya transfer ke rekening kamu, kamu punya nomor rekening kan?'
"Punya Pak, saya punya nomor rekening sendiri, tapi..."
Aku merasa sangat bimbang, baru kali ini aku melayani vcs dengan orang lain. Meski sebelumnya aku pernah melakukannya dengan Bryan, tapi aku takut jika nantinya Pak Evan malah akan menyebarkannya.
Apa aku bertanya dulu dengan Mbak Hana? Tapi apa mungkin aku bertanya hal semacam itu padanya, dia pasti akan terkejut dan memarahiku jika aku melakukan hal ini.
Tapi tak lama kemudian kudengar suara Pak Evan di seberang sana membuyarkan lamunanku.
'Begini saja, kamu bisa pakai apapun untuk menutupi wajahmu, kamu pasti malu kan?'
"Ah,, iya pak... Terima kasih sudah memberikan keringanan," ucapku lalu bergegas mencari kain untuk menutupi wajahku.
'Tidak masalah...'
Saat sedang mencari, aku tidak menemukan kain apapun atau semacam cadar untuk menutupi wajahku. Tapi aku menemukan beberapa masker di laci meja belajarku, tanpa pikir panjang aku segera memakai masker itu.
Aku melihat bayanganku sendiri di cermin, memastikan wajahku tertutup dengan sempurna dan hanya memperlihatkan mataku saja.
'Widya... Widya... Sudah pakai penutup wajah?'
Aku langsung terhenyak kaget saat menyadari ternyata Pak Evan masih menungguku.
"I-iya pak, maaf... Sudah kok Pak..."
'Baiklah, sekarang buka bajumu Widya, tapi jangan lepas jilbabmu itu,' ucap Pak Evan lalu mengalihkan panggilannya menjadi video call.
Aku langsung melepas gamisku dan membiarkan gamisku terjatuh kelantai, lalu aku mengangkat video call dari Pak Evan dan mengarahkan kamera belakang ponselku ke cermin lebar yang ada di lemari pakaianku.
'Ahh... Tubuhmu indah sekali Widya, kulitmu putih mulus bagaikan bidadari.'
Aku merasa tersanjung mendengar pujian dari Pak Evan yang saat itu juga sambil mengocok kontolnya yang sudah tegang.
"Terima kasih pak..."
Aku lalu mulai meremas payudaraku yang montok dan sekal, dengan ponselku masih memperlihatkan seluruh tubuhku di cermin.
Pak Evan lalu menyuruhku mengambil dildo dan vibrator yang dulu dibelikan olehnya. Akupun menurutinya dan mulai duduk di lantai kamar dengan beralaskan gamisku sendiri.
Aku mengatur kembali ponselku supaya memperlihatkan tubuhku dengan menggunakan kamera depan. Lalu aku mulai duduk mengangkang di depan ponselku yang kusandarkan di lemari pakaianku.
"Ahh... Pak Evan..."
Aku mulai mendesah sambil menggesekkan dildo dan vibrator yang masih belum menyala di vaginaku.
'Masukin Widya, saya sudah tidak sabar. Keburu keluar nanti pejuh saya.. ahh...'
Kudengar Pak Evan mulai meracau sambil terus mengocok kontolnya. Namun tiba-tiba sisi liarku mulai bangkit, tak hanya itu aku mulai berani menjaili orang yang sebenarnya sangat terhormat itu.
"Yaa kalo Pak Evan mau keluar dulu ya gapapa, saya masih mau pemanasan dulu pak, hihihi..."
Setelah itu, aku menyingkap jilbab pashmina yang kupakai ke belakang kepalaku.
'Ahh.. Mulai nakal kamu Widya... Tapi saya suka hahaha...'
Aku lalu membuka sedikit maskerku dan membasahi dildo yang berbentuk seperti kontol itu dengan air liurku sendiri. Karena aku sendiri sebenarnya sudah tidak sabar, aku mendekatkan ujung dildo itu ke lubang vaginaku.
"Mhh... Pak Evan, bantu masukin dong," ucapku.
Aku lalu mulai menghidupkan vibrator kecil itu dan menempelkan benda itu di biji klitorisku. Entah dari mana aku belajar seperti ini, tapi yang pasti aku sudah terlihat seperti sangat berpengalaman.
"Akhhh... Ahh.. Mhhh..."
Aku mulai mendesah karena sensasi baru yang kurasakan, sensasi vibrator yang bergetar seakan memberikan sengatan listrik di biji klitorisku.
'Hahaha... Desah yang kencang Widya, Suara desahanmu yang begitu menggoda itu, hahaha...'
Aku semakin mendesah saat mendengar apa yang disuruh oleh Pak Evan. Saat ini sepertinya vaginaku mulai terasa basah, hingga aku akhirnya mendorong masuk dildo yang menempel di vaginaku.
"Ahhh... Mhhh..." Aku mulai mendesah manja saat dildo itu masuk kedalam vaginaku.
Aku mulai menggerakkan benda itu maju mundur dengan vibrator yang masih bergetar menempel di biji klitorisku.
Karena sensasi baru ini, akhirnya tubuhku mulai menegang dan tak tertahan lagi akhirnya aku orgasme, cairan vaginaku langsung muncrat begitu saja membasahi gamisku yang kugunakan sebagai alas.
"Pak, Widya udah keluar..."
Setelah itu, aku meletakkan dildo itu di atas gamisku dengan posisi berdiri. Aku berjongkok di atas benda itu dan memasukkannya kedalam lubang vaginaku.
"Saya masukin ya sayang, ahhh..." Desahku manja saat dildo itu berhasil masuk sepenuhnya kedalam vaginaku.
Aku mulai menggerakkan tubuhku naik turun dengan posisi agak menungging, sehingga membuat payudaraku yang montok san sekal, bergelantungan dan membuat Pak Evan semakin cepat mengocok kontolnya.
Bahkan kain jilbab yang ku singkap ke belakang sesekali terjatuh dan aku harus menyingkapnya lagi. Namun hal semacam itu malah membuat Pak Evan semakin bernafsu.
'Ahh.. Kamu memang akhwat lonte sayang, akhwat binal...'
Aku tersenyum karena saat ini Pak Evan merasa puas, meski kami hanya sekedar video call sex saja.
Setelah itu aku sedikit membusungkan dadaku lalu meremas kedua payudaraku dan sesekali memilin putingku.
Lalu aku kembali duduk mengangkang dengan dildo yang masih berada di lubang vaginaku. Aku kembali menggerakkan dildo itu maju mundur menggunakan tanganku.
"Ahh... Ahh..."
Beberapa menit kemudian kurasakan tubuhku kembali menegang sepertinya aku akan orgasme lagi. Namun tanganku terus bergerak, mengobok-obok vaginaku dengan dildo tanpa henti.
'Ahh.. Widya, saya mau keluar,' ucap Pak Evan di layar ponselku.
"Ahh.. Mhh.. Saya juga paakk..."
Aku semakin mempercepat gerakan tanganku, namun aku sedikit menarik dildo itu keluar dari vaginaku supaya saat aku muncrat nanti cairan vaginaku tidak tertahan di dalam.
Dan benar saja, tak butuh lama cairan vaginaku menyembur cukup banyak di sela-sela sodokan dildo di vaginaku.
"Ah... Ah... Mhh..."
Seketika tubuhku mengejang sepenuhnya dan aku langsung mencabut dildo dari vaginaku, lalu cairan vaginaku yang menyembur cukup banyak seperti air mancur, sehingga membasahi perut dan sebagian mengenai jilbabku.
Dengan masih mengangkang dan bersandar di kasurku yang empuk, nafasku masih memburu tidak beraturan.
Setelah mengatur nafasku, aku mengambil ponselku lalu berusaha bangkit dan merebahkan tubuhku di atas kasur. Aku tersenyum ke arah Pak Evan yang terlihat puas saat video call sex denganku, sedangkan tanganku juga meremas payudaraku dengan lembut.
'Widya, setelah ini kirimkan nomor rekening kamu dan... Kirimkan juga alamat tempat tinggal kamu, saya akan mengirimkan beberapa hadiah untukmu.'
"Hadiah apa pak?" Tanyaku keheranan saat Pak Evan tiba-tiba saja ingin memberiku sebuah hadiah.
Tapi karena ia terus memaksa, akhirnya setelah sambungan vcs kami terputus, aku mengirimkan nomor rekeningku dan alamat kosanku kepada Pak Evan.
Tak butuh waktu lama, ia mengirimkan bukti transfer melalu pesan chat. Aku langsung membuka aplikasi mobile banking di ponselku dan saldo di rekeningku bertambah dua juta rupiah.
Aku merasa senang dan akupun mengucapkan terima kasih kepada Pak Evan yang sudah membayarku mahal meski hanya melayaninya melalui video call saja.
Karena hari sudah malam, aku berniat untuk segera tidur. Aku membiarkan tubuhku telanjang dengan jilbab pashmina yang masih kupakai, sehingga aku hanya menutupi tubuhku dengan selimut.
Tak lama kemudian saat aku akan menaruh ponselku, tiba-tiba saja ada pesan masuk yang ternyata dari Daniel.
'Widya, ternyata kamu binal juga ya. Tiba-tiba ngirim foto kayak gitu.'
Aku tersenyum geli saat membaca pesan dari Daniel, setelah itu aku membalas pesannya dengan sedikit menggodanya lalu aku menaruh ponselku di meja kecil di sebelah kasurku dan bergegas tidur karena besok pagi aku masih harus memberikan jatah birahi kepada kepala sekolah.
ns 15.158.61.6da2