Pak Sumanto semakin mempercepat gerakan pinggulnya menggenjot vaginaku, bahkan kali ini kedua payudaraku sudah basah oleh air liurnya.
"Ahh... Paakkhh.. Sayaah mau keluaarr... Ahh..."
Saat itu juga Pak Sumanto langsung menghentikan gerakannya dan mencabut kontolnya dari lubang vaginaku.
"Ahh... Masukin Pakk..."
Pak Sumanto hanya diam lalu tersenyum kearahku, aku sendiri merasa kesal karena aku hampir saja mencapai orgasmeku tapi ia malah mencabut kontolnya.
Aku lalu berusaha bangkit sedangkan Pak Sumanto terlentang di hadapanku, aku yang ingin memuaskan diriku sendiri langsung menghampirinya dan berusaha memasukkan kontolnya yang tegang itu kedalam vaginaku.
"Ahh..."
Kini aku berada di atas tubuh Pak Sumanto dengan rok abu-abuku masih terangkat setinggi pinggang. Ketika kontolnya masuk sepenuhnya kedalam vaginaku, aku langsung menggerakkan tubuhku naik turun.
Sedangkan tangan Pak Sumanto mulai kembali meremas kedua payudaraku dengan gemas.
Dalam posisi seperti ini membuat kontol Pak Sumanto terasa semakin menusuk dan mentok menyentuh dinding rahimku. Sehingga tak lama kemudian tubuhku kembali menegang pertanda akan mencapai orgasme.
Aku semakin mempercepat gerakan tubuhku naik turun dengan kedua tanganku berada di belakangku sehingga membuat payudaraku semakin membusung.
"Aahhh... Mhhh..."
Akhirnya aku mengalami orgasme, namun karena tubuhku yang lemas, aku membiarkan kontol Pak Sumanto masih terbenam di dalam lubang vaginaku.
Kurasakan cairan orgasmeku merembes keluar dari sela-sela kontol Pak Sumanto yang masih berada di dalam vaginaku.
Beberapa saat kemudian ketika nafasku sudah mulai teratur, aku menunggingkan tubuhku dengan kedua tanganku bertumpu pada tikar di lantai.
Aku kembali menggoyangkan pinggulku, kali ini aku berusaha untuk memuaskan Pak Sumanto. Dengan posisiku seperti ini, payudaraku yang sekal dan besar bergelantungan bebas dihadapannya.
Lalu ia kembali meremas kedua payudaraku dengan gemas. Kain jilbab yang sebelumnya kusingkap ke belakang, beberapa kali sempat terjatuh namun aku kembali menyingkapnya tanpa mengikat kain jilbabku di belakang kepalaku.
Beberapa menit kemudian kurasakan tubuhku kembali menegang, namun saat itu juga Pak Sumanto dengan sigap langsung bangkit.
Ia menyuruhku dalam posisi menungging membelakanginya, dengan sekali hentakan keras kontolnya berhasil masuk sepenuhnya kedalam vaginaku.
"Akhh.. Pakkhhh.. Enaakhh.. ahh..."
Aku semakin mendesah keenakan, aku semakin menunggingkan pantatku. Lalu Pak Sumanto berusaha meraih kedua tanganku dan menariknya kebelakang.
"Ahh... Ahh... Ahh..."
Permainan Pak Sumanto cukup kasar namun aku malah menikmati dengan permainannya yang kasar.
Sehingga desahanku semakin keras, akupun tak peduli jika ada seseorang yang mendengar desahanku.
Genjotan Pak Sumanto semakin cepat dan semakin kasar saja, hingga tak lama kemudian aku mendesah panjang ketika aku mengalami orgasme lagi.
Namun Pak Sumanto tidak peduli sama sekali, ia terus menggenjot vaginaku dengan tempo yang cepat. Ketika ia melepas kedua tanganku, aku menyangga tubuhku dengan kedua siku tanganku yang membuat pantatku semakin menungging.
"Aaaaaahhhh..."
Tubuhku ikut bergerak maju mundur seirama dengan genjotan Pak Sumanto yang cepat, bahkan kedua payudaraku yang menggantung ikut bergerak dengan bebas.
Hingga tak lama kemudian dengan sekali hentakan keras darinya, membuat kontolnya semakin masuk kedalam vaginaku. Lalu Pak Sumanto menyemburkan spermanya kedalam rahimku.
Untuk beberapa saat ia masih membenamkan kontolnya di dalam vaginaku, sedangkan nafasku masih terengah-engah karena permainan kasar Pak Sumanto.
Ketika ia mencabut kontolnya dari vaginaku, aku memutar tubuhku hingga saat ini aku terlentang beralaskan tikar dan kedua kakiku masih mengangkang lebar.
Kurasakan sperma Pak Sumanto mengalir dari dalam vaginaku lalu membasahi pantatku, namun tak sampai membasahi rok abu-abuku karena masih terangkat setinggi pinggang.
Lalu Pak Sumanti berjongkok di atasku, aku kembali menyingkap kain jilbabku ke pundakku. Buah zakarnya saat ini menempel di payudaraku, ia juga menggesek-gesekkan buah zakarnya di payudaraku.
Kulihat kontolnya masih sesekali berkedut meski saat ini sudah tidak setegang sebelumnya.
Aku menyuruhnya agak maju supaya aku bisa membersihkan kontolnya dari sisa spermanya menggunakan mulutku hingga bersih.
Setelah itu Pak Sumanto segera berdiri lalu bergegas memakai kembali celananya, sedangkan aku juga melakukan hal yang sama.
Aku kembali berdiri dan merapikan seragamku seperti sebelumnya dengan jilbab menutupi payudaraku. Namun aku tidak membersihkan sperma Pak Sumanto yang masih menetes dan mengalir membasahi pangkal pahaku.
Kulihat jam di ponselku yang ternyata sekitar lima belas menit lagi sudah waktunya pulang. Itu artinya aku harus kembali bolos jam pelajaran.
Sedangkan masih ada waktu lima belas menit sebelum pulang, lalu aku lebih memilih untuk duduk santai di atas tikar sambil menunggu jam pulang.
Selama menunggu waktu pulang, Pak Sumanto duduk di sebelahku dan kami akhirnya mengobrol ringan.
"Saya benar-benar masih tidak menyangka kalau ternyata primadona di sekolah ini sudah menjadi pereknya Pak Burhan," ucap Pak Sumanto di sela-sela obrolan kami.
Aku tak menanggapi ucapannya sama sekali, sebenarnya aku sendiri juga tidak mau seperti ini. Tapi tubuhku berkata lain, sejak merasakan nikmatnya berzina, tubuhku seakan ingin selalu dipuaskan oleh kelamin laki-laki, oleh siapapun yang mau melakukannya denganku.
Lalu dari kejauhan terdengar suara bel sekolah yang menandakan waktunya pulang, aku segera berdiri dan berpamitan pada Pak Sumanto.
"Widya pulang dulu ya pak, besok lagi kalo mau saya puasin," ucapku yang saat itu tersenyum ramah padanya.
"Baiklah, tapi..."
Pak Sumanto sengaja menggantung kata-katanya, lalu tak lama kemudian ia menarik tubuhku dan langsung melumat bibirku lalu kedua tangannya meremas payudaraku dengan gemas.
Lalu tak lama kemudian ia kembali melepaskanku dan memperbolehkanku pulang.
"Hati-hati di jalan," ucapnya dengan penuh perhatian.
Aku berjalan menuju kelasku, tapi sebelum itu aku menuju toilet belakang sekolah terlebih dahulu untuk membersihkan payudaraku karena air liur Pak Sumanto.
Setelah membasuh payudaraku dengan air dan memberi sedikit sabun tangan, aku mengambil tisu toilet untuk mengelap payudaraku hingga kering.
Setelah itu aku keluar dari toilet dan bergegas menuju kelasku yang ternyata sudah sepi hanya tinggal tas milikku dan milik Maya di dalam kelas.
Tanpa pikir panjang aku segera memakai tasku lalu keluar kelas bergegas untuk pulang.
Saat aku melewati gerbang sekolah, dari kejauhan aku melihat Maya baru keluar dari parkiran motor bersama dengan Steven.
Aku ingin menyapanya namun aku masih agak malas dengan Steven, sehingga aku mengurungkan niatku lalu berjalan menuju halte di dekat sekolahku.
Kulihat seorang pemuda yang tidak asing bagiku, melihatnya aku kembali teringat jika dia kemarin menyuruhku menaiki bus dan dia akan menungguku kelar sekolah di halte tersebut.
Aku berjalan perlahan dan sesampainya di halte, aku langsung duduk di kursi panjang halte itu.
"Baru pulang?" Tanya pemuda yang berpenampilan seperti preman itu.
Aku hanya menganggukkan kepalaku tanpa memperhatikan pemuda itu sama sekali.
"Sekarang lu harus ikut gw," ucapnya lalu dengan beraninya meraih tanganku.
"Gak mau, lepasin..."
Aku berusaha berontak, meski sebelum-sebelumnya aku tidak keberatan jika seorang laki-laki mengajakku. Tapi karena pemuda itu berpenampilan seperti preman dan kucium samar-samar aroma alkohol dari mulutnya membuatku menolak ajakannya.
"Jangan berani macam-macam lu!..."
Kemudian dia mengarahkan semacam benda tajam ke leherku sehingga membuatku tak berani melakukan apa-apa.
"Sekarang lu turutin perintah gw, kalo lu nolak... Tahu sendiri kan?"
Pemuda itu mengancamku dengan benda tajam itu semakin dia dekatkan pada leherku yang masih tertutup jilbab.
Aku yang merasa sangat ketakutan hanya menganggukkan kepalaku pelan, dia kembali menarik tanganku dan akupun mengikutinya dari belakang.
Entah kemana dia membawaku, namun kali ini aku mengikuti pemuda itu berjalan menjauhi halte. Setelah itu aku melihat sebuah mobil jeep terparkir di pinggir jalan dengan tiga orang pria berdiri di sekitar mobil itu memandang kearah kami.
Namun pandanganku tertuju pada salah satu dari mereka yang langsung membukakan pintu saat aku tinggal beberapa langkah lagi.
Akhirnya pemuda yang tadinya menyeretku kemari, menghentikan langkahnya saat kami berdua sampai di mobil jeep itu terparkir.
"Hahaha... Ternyata lontenya ini bos?" Ucap pria yang sejak tadi pandanganku tertuju padanya.
Ternyata pria yang beberapa hari lalu kugoda saat aku membuang sampah, merupakan anak buah dari orang yang menyeretku kemari.
"Lu udah kenal sama nih lonte? Atau lu udah pernah ngentot sama dia?" Tanya pemuda yang menyeretku.
"Gak bos, dia tuh yang gw ceritain waktu gw lihat ukhti-ukhti lonte di kosannya si joko," balas pria yang membukakan pintu mobil itu.
Mendengar ucapan dari pria itu, semua orang yang berada di sekitar mobil jeep itu seketika tertawa.
Setelah itu tanganku kembali ditarik dan tubuhku diangkat oleh mereka dan aku dipaksa masuk kedalam mobil jeep itu.
"Ahhh... Lepasin sayaa... Gak maauu, saya mau pulang..."
Plak...
Sebuah tamparan keras langsung mendarat di pipi kananku yang seketika membuatku meneteskan air mata.
"Gausah sok nolak lu, kemarin lu mau-mau aja sepongin kontol gw," ucap pemuda yang tadi menarik tanganku.
Aku langsung menuruti kemauan mereka tanpa perlawanan sama sekali, aku duduk di kursi belakang dengan diapit oleh dua rang pria di sebelah kanan dan kiriku.
"Diem aja lu gausah ngelawan..." Ucap seorang pria yang duduk di sebelah kananku sambil menyodorkan pisau tajam ke leherku.
Aku tak bisa berbuat apa-apa lagi selain menuruti kemauan mereka, dengan air mata yang masih mengalir membasahi kedua pipiku, mereka berdua melepas tasku lalu menyerahkan pada seseorang yang duduk di sebelah sopir mobil jeep ini.
"Akhh... Mhh..."
Aku sedikit dikejutkan saat orang di sebelah kananku memutar kepalaku lalu melumat bibirku. Sedangkan pria yang duduk di sebelah kiriku mulai menggerayangi tubuhku.
Ia meremas kedua payudaraku dengan gemas lalu tangannya mulai turun meraba pangkal pahaku yang masih tertutup rok abu-abu.
Mereka berdua menyandarkanku pada kursi jok belakang dan pria yang tadinya melumat bibirku, kini mulai meremas kedua payudaraku.
Pria yang dari tadi menggerayangi tubuhku, kini menarik rok abu-abuku setinggi pangkal pahaku. Sehingga vaginaku langsung terpampang jelas di hadapan mereka berdua.
Kemudian pria itu memasukkan jari tangannya kedalam vaginaku seakan mencari sesuatu di dalam sana. Hingga tak lama kemudian saat ia mengeluarkan jari tangannya, kulihat jarinya terdapat cairan putih kental yang berasal dari dalam vaginaku.
"Gila nih cewek... Sekolah jilbaban tapi gak pake daleman, terus di memeknya ada pejuh lagi, hahaha..." Ucap Pria itu.
"Emang gak takut hamil lu hah? Atau lu di sekolah jadi perek ya lu? Hahaha..." Balas pria di sebelah kananku yang semakin gemas meremas payudaraku
"Aahh..."
Aku mendesah saat tangan pria di sebelah kiriku mengocok vaginaku dengan cepat, kurasakan dua jarinya mengobok-obok vaginaku dengan lihai.
Sepertinya mereka sudah sangat berpengalaman sehingga tak butuh waktu lama tubuhku dibuat menegang oleh mereka.
"Aaaahhhh... Mmmhhhhh.... Ahh..."
Aku mendesah panjang saat cairan orgasmeku tiba-tiba muncrat dari dalam vaginaku yang masih terus di kocok oleh pria si sebelah kiriku.
Bahkan sperma Pak Sumanto yang masih berada di dalam ikut keluar meski hanya sedikit.
"Hahaha... Tadi aja sok nolak, sok alim, eh sekarang malah keenakan kan lu?"
Mereka semua tertawa melihat cairan orgasmeku yang muncrat cukup banyak bahkan beberapa sampai menyembur jauh membasahi dasbor depan mobil.
Tubuhku terasa lemas karena gelombang orgasme yang begitu nikmat, lalu mereka berdua menghentikan aktivitasnya dan kembali bersandar di kursi mobil, sedangkan aku kembali merapikan rok abu-abuku dan bajuku yang berantakan.
ns 15.158.61.54da2