"Aaakkhhh... Mmhh.. Mmhhh..."
Gluk...
Gluk...
Gluk...
"Udahh... Maassshh... Aahhh... Sayaa udah gak kuat lagiihh... Aahh...."
Setelah Reza berhasil mengalahkan geng motor The Falcon dalam sebuah balapan liar beberapa saat yang lalu, kini aku dan semua anggota Joker Army telah kembali ke markas.
Tak lupa juga setelah sampai di markas beberapa waktu lalu, aku langsung meminum obat pencegah kehamilan yang selalu siap di tas selempangku.
Mereka tampak merayakan kemenangan ini dengan berpesta. Mereka merayakannya dengan minum miras dan yang pasti sambil menikmati tubuhku bergiliran.
Bahkan kini aku juga ikut minum minuman haram itu, rasanya yang pahit menyeruak memenuhi mulut dan tenggorokanku. Tapi baru minum setengah botol saja sudah membuatku seakan melayang, atau yang orang-orang sebut dengan mabuk.
Sambil minum, mereka terus menggerayangiku menyetubuhiku seakan tubuhku adalah piala yang mereka dapatkan dari hasil kemenangan itu.
"Aahh... Aaahh... Oouuhhh..."
Aku terus mendesah tanpa henti ketika Reza yang beberapa saat lalu belum mendapat gilirannya, kini menggenjot vaginaku sepuasnya. Bahkan kini gamisku sudah terlepas dan entah kemana, hanya meninggalkan hijab lebarku saja yang masih menutupi kepalaku.
"Gw mau keluar sayang... Gw keluarin di dalam memek kamu..."
"Ahh... Iyyaahh mass.. Terserah Mas Reza sajaa..."
Kemudian Reza semakin mempercepat sodokannya di dalam vaginaku. Lalu dengan sekali hentakan keras, kontolnya terasa masuk semakin dalam di lubang vaginaku. Kurasakan sekitar lima kali ia menyemburkan spermanya kedalam vaginaku memenuhi rahimku.
"Sepongin kontol-kontol kita ukhti..."
"Ngapain juga sih lu minum obat itu hah?..."
"Lagian kalo lu hamil juga janin yang ada di perut lu itu jadi anak kita semua ya kan?..."
"Hahaha..."
Dengan raut wajahku yang terlihat sudah lelah, aku harus kembali mengulum penis-penis mereka yang masih mengelilingiku. Meski tak semuanya karena beberapa sudah tepar karena mabuk, tapi rasanya aku juga butuh istirahat.
"Mmpppaaahh... Saya masih sekolah masss..."
"Bener tuh cok, kasian kan kalo dia harus putus sekolah gara-gara hamil."
"Emang lu mau ngerawat kalo dia bener-bener hamil?"
"Yaa jadi tanggungan kita semua lah, hahaha..."
Setelah Reza mencabut kontolnya dari vaginaku, kurasakan spermanya langsung meluber keluar membasahi pangkal pahaku. Namun tak butuh waktu lama, vaginaku kembali dihujam oleh penis mereka.
Bahkan kali ini mereka kembali memasukkan penis mereka kedalam vagina dan anusku secara bersamaan, lalu mulai mempercepat gerakan pinggul mereka menusuk dua lubang bawahku.
"Ahhh... Gini aja, kalo udah lulus nanti biarin aja lu hamil, lagian biar kita bisa ngerasain memeknya orang hamil, hahaha..."
"Hahaha..."
Mereka semua tertawa saat mendengar usulan salah satu dari mereka, aku sendiri tidak tahu apakah orang hamil masih diperbolehkan berhubungan badan. Tapi seketika muncul rasa penasaran dari dalam diriku, sehingga aku juga menyetujui ucapannya.
"Ahhh... Iiyaaahh.. Masss... Aahh..."
Kemudian mereka kembali menyumpal mulutku dengan penis mereka secara bergantian. Beberapa ada yang menampar atau mendorongkan penisnya di wajahku sehingga membuatku kewalahan.
Beberapa saat kemudian aku kembali orgasme, vaginaku kembali menyemburkan cairan bening yang cukup deras. Tubuhku terasa semakin lemas dan seakan tak memiliki tenaga lagi.
Hingga tak lama kemudian ketika dua lelaki yang tadi menyetubuhi dua lubang bawahku mencabut kontolnya, aku langsung merebahkan tubuhku di lantai yang kotor ini dengan posisi mengangkang.
"Hahh... Haahh..."
Nafasku terengah-engah tak beraturan, lalu kedua orang yang sebelumnya menyetubuhi dua lubang bawahku, kini mengocok kontolnya tepat berada di atas payudaraku. Tak hanya mereka berdua, tapi ada empat pria lagi yang juga melakukan hal yang sama melakukan onani di atas payudaraku.
Aku hanya terdiam menunggu mereka berenam menyemburkan sperma mereka di payudaraku. Hingga akhirnya dengan hampir bersamaan, mereka akhirnya menyemburkan sperma mereka semua di payudaraku, lalu ada juga yang menyemburkannya di wajahku.
Kini tubuhku sudah penuh dengan sperma mereka. Wajah, payudara dan hijabku sudah penuh dengan noda sperma mereka. Aku langsung berinisiatif meratakan sperma mereka yang menyembur di payudara dan wajahku seakan aku sedang memakai lulur saja.
Lalu mereka semua menggunakan ujung kain hijabku untuk mengelap kontol mereka dari sisa sperma yang masih menempel di kontol mereka.
Setelah mereka menumpahkan sperma mereka di tubuhku, mereka kembali memakai celana masing-masing lalu kembali duduk untuk minum dan merokok.
Aku berusaha berdiri untuk mencari gamisku, namun rasanya kepalaku agak pusing dan sekelilingku terlihat seolah berputar. Mungkin karena efek dari meneguk minuman keras yang mengandung cukup banyak alkohol.
"Wid, kalo capek tidur aja tuh di kamar, pakaian sama tas kamu tadi udah gw taruh disana." Ucap Reza yang seketika mengalihkan perhatianku.
"I-iya mass... Tapi saya mau mandi dulu, boleh kan?"
"Di belakang itu, sabun juga ada," ucap Reza lalu ia kembali meneguk sebotol miras yang ia pegang.
Kemudian aku bergegas menuju toilet yang terletak di belakang ruangan, ketika masuk kedalamnya, aromanya sangatlah pesing meski airnya masih terus mengalir memenuhi bak mandi dan terdapat beberapa sabun di rak toilet. Maklum, mungkin karena mereka tak pernah membersihkan markas mereka.
Akhirnya aku mengabaikan aroma yang menyengat itu lalu segera mandi membersihkan tubuhku yang sudah dipenuhi oleh sperma mereka semua.
Setelah mandi, aku kembali memakai hijab lebarku namun aku tidak memakai pakaian sama sekali. Hanya kain hijab lebar yang sudah lusuh menutupi sampai pinggangku, sedangkan vaginaku sampai kakiku tidak tertutup sama sekali.
Aku kembali berjalan ke ruang tengah, dimana kini hampir semuanya dari mereka sudah tepar karena mabuk. Hanya tinggal Reza dan satu laki-laki yang berbadan agak gemuk.
Namun sejak aku sampai di sini tadi, aku tak menemukan David sama sekali. Bahkan mungkin bos geng motor itu tidak ikut kembali ke markas. Hingga akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya pada Reza.
"Mas Reza... Eee... Saya dari tadi kok gak lihat Bos ya?" Tanyaku agak gugup.
"Masih ada urusan bisnis dia, udah kamu istirahat aja, nanti siang dia juga pulang sambil bawa makanan."
"Bisnis?"
Saat aku bertanya yang secara tiba-tiba itu, kulihat Reza menatapku. Mungkin aku sudah menyinggung bosnya itu sehingga membuatnya seakan tak terima.
"Ma-maaf mas, eee... Saya istirahat dulu yaa..."
"Gapapa, kamu bisa tanya sendiri ke bos David nanti. Kamu istirahat aja sana."
Apakah Reza juga menyukaiku? Ia sepertinya terlihat sangat perhatian padaku. Tapi aku tak ingin terlalu memikirkannya, hingga akhirnya aku menganggukkan kepalaku lalu menuju kamar yang sebelumnya ditunjuk oleh Reza.
Ketika memasuki salah satu kamar itu, aku melihat kamar itu sangat berantakan. Dengan sprei yang tersingkap, lalu beberapa celana jeans yang berserakan di kasur. Namun saat itu perhatianku tertuju pada beberapa bingkai yang menempel di dinding.
Aku cukup terkejut saat melihat beberapa bingkai itu yang ternyata didalamnya terdapat sebuah sertifikat, lalu yang paling menarik perhatianku adalah sebuah sertifikat lisensi pembalap profesional yang tertulis nama Reza Dirgantara pada salah satu bingkai yang menempel di dinding itu.
Tak hanya itu, bahkan aku juga melihat beberapa medali emas dan perak yang tergantung di dinding begitu saja. Lalu sebuah trofi yang sudah berdebu berdiri di atas lemari, namun tulisannya sangat jelas dimana trofi itu adalah penghargaan juara pertama kompetisi balapan profesional.
Aku semakin percaya dengan kemampuan Reza dalam balapan, hingga kedepannya lagi saat aku kembali harus menjadi bahan taruhan, aku tidak perlu khawatir lagi.
Kemudian aku tersenyum lalu mengambil beberapa celana jeans dan baju yang berserakan di tempat tidur lalu melipatnya dengan rapi. Kemudian aku meletakkan pakaian yang sudah dilipat itu di atas meja kecil yang terletak di sebelah kasur.
Kurapikan juga sprei kasur yang tersingkap begitu saja lalu memakai kembali gamisku yang sebelumnya juga tergeletak di atas kasur, dan tentunya aku memakai gamisku tanpa pakaian dalam sama sekali.
Aku mengambil ponselku yang berada di dalam tas selempangku, kulihat ternyata sekarang sudah hampir pukul empat subuh. Terdapat banyak notifikasi pesan masuk di ponselku.
Kemudian aku merebahkan tubuhku di atas kasur lalu aku membalas satu per satu pesan yang masuk itu sambil rebahan.
Hingga beberapa menit kemudian kurasakan kedua mataku terasa sangat berat lalu akupun tertidur begitu saja dengan ponselku berada di sebelahku.
Siang harinya aku terbangun, namun saat aku membuka kedua mataku yang masih agak kabur, kulihat seorang laki-laki juga terlelap tepat di belakangku dengan tangannya memelukku namun tangannya tepat berada di payudaraku.
Dengan agak terkejut aku memutar tubuhku terlentang, saat aku menengok ke sebelahku ternyata Reza masih terlelap dengan tangannya masih memeluk tubuhku. Akupun bernafas lega karena kupikir ada orang lain yang menyelinap masuk kedalam markas.
Kenapa aku malah bernafas lega ketika aku menyadari bahwa aku tidur dengan laki-laki yang bukan muhrimku. Tapi, sebelumnya aku juga sudah tidur dengan pria lain bahkan sudah puluhan laki-laki telah menikmati tubuhku.
Kulihat Reza hanya memakai celana boxer pendek tanpa memakai atasan sama sekali, kulihat juga terdapat tonjolan di daerah selangkangannya.
Aku berusaha melepaskan dekapannya secara perlahan supaya ia tidak terbangun. Lalu aku mencari ponselku yang ternyata sudah terletak di meja kecil sebelah kasur, diatas tumpukan pakaian yang sebelumnya sudah kurapikan.
Dengan perlahan aku bangun dari tempat tidur lalu mengambil ponselku dan memasukkannya kembali kedalam tas selempangku yang juga tergeletak di meja kecil itu.
Kemudian aku membawa tasku keluar kamar, aku sedikit terkejut saat melihat keadaan di luar kamar sudah sangat sepi, hanya ada David yang sedang duduk santai sambil menghisap rokoknya lalu tersenyum kearahku ketika menyadari aku keluar dari kamar.
"Sudah bangun kamu sayang?" Ucap David lalu ia berdiri dan berjalan mendekatiku.
"Mpphhh..."
David langsung melumat bibirku lalu kedua tangannya meremas payudaraku dengan gemas, lalu sesaat kemudian ia melepaskan lumatannya di bibirku.
"Makan dulu sayang, aku udah bawain makanan buat kamu," ucapnya lalu mengajakku duduk di salah satu kursi yang ada di sana.
Tapi yang membuatku terkejut bukan hanya karena ruangan yang sepi, tapi penampilan David sudah berbeda lagi dari sebelumnya. Dimana kini ia memakai setelan bisnis dengan jas hitam, kemeja putih dan celana chino hitam beserta sepatu formal berwarna hitam.
Namun karena perutku yang sudah lapar, aku mengambil makanan yang sudah dibawakan oleh David tanpa bertanya apapun pada pemuda itu.
Akhirnya perutku bisa kembali terisi, aku memakan makanan itu dengan lahap karena memang sudah lapar.
"Laper banget ya? Hehehe..." Tanya David tiba-tiba dengan terkekeh pelan.
"Uhuk... Uhuk... Maaf mass..."
"Udah gapapa, makan aja dulu..."
Dengan perasaan heran dan penasaran, aku kembali melanjutkan makan. Aku baru menyadari bahwa tiba-tiba sifat David berubah begitu baik, terkadang juga berubah menjadi agresif. Terkadang menjadi begitu kejam di saat-saat tertentu, lalu sekarang ia terlihat seperti pria dewasa mapan.
Setelah aku menghabiskan makanan itu dan minum sebotol air mineral yang juga dibawakan oleh David, aku teringat dengan ucapan Reza tadi pagi lalu memberanikan diri untuk bertanya langsung padanya.
"Mas..."
"Waahh... Ternyata ada juga anggota cewek di geng ini, ukhti-ukhti lagi, hehehe..."
Namun, saat aku akan memanggil David, aku dikejutkan dengan suara seorang pria dari arah pintu, lalu disusul oleh kedatangan dua orang polisi dengan seragam lengkap yang berjalan masuk dengan tatapan mesum mengarah padaku.
ns 15.158.61.8da2