"Ed-chan! Syukurlah kau sudah bangun!"
"Sharon! Bagaimana dengan dia?"
"Itu...”
Edward pun membuka matanya setelah dia berada di dalam dunia Sharon. Dia pun terus memeluk tubuh Sharon dengan tangisan penyesalannya karena telah membiarkannya sendirian menanggung semuanya. Dia terus memeluk tubuh Sharon yang sudah tidak terlihat seperti manusia itu.
Sharon belumlah meninggal, tetapi dia sedang sekarat menunggu kematiannya. Tubuh Sharon sudah tidak terlihat seperti manusia lagi, dia terlihat seperti sudah tidak punya daging di dalam kulitnya, bahkan dia lebih terlihat seperti mayat. Edward meneteskan air matanya dan berjalan ke arah Sharon dengan wajah seperti tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
"Ini tidak mungkin! Ini tidak mungkin! SHARON!"
Chamuel dan Lily tidak kuat melihat Edward yang seperti itu. Hati mereka sakit seolah-olah ditusuk oleh ribuan pedang melihat laki-laki yang mereka cintai sedang menangis dengan duka yang sangat dalam di hadapan mereka. Mungkin ditusuk dengan pedang masih mending bagi mereka dibandingkan harus melihat pemandangan menyedihkan seperti ini. Mereka sangat ingin membuat Edward kembali ceria lagi tetapi mereka tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya mereka hanya bisa melihat Edward tanpa bisa melakukan apapun. Lilith pun juga ikut sedih melihat teman pertama yang baru dia buat itu bersedih. Dia pun memalingkan wajahnya seolah dia tidak mau ada yang melihat wajah sedihnya matanya yang mulai mengalirkan air mata.
Chamuel perlahan mendekati Edward yang sedang memeluk Sharon yang sekarat diambang kematian itu. Semakin Chamuel mendekatinya, semakin hati Chamuel terasa sakit. Dia ingin memegang pundak Edward, tetapi dia ragu-ragu untuk melakukannya. Akhirnya dia mengeluarkan keberaniannya dan memegang pundak Edward yang tengah menangis memeluk Sharon.
"Ed-chan...”
Tiba-tiba ada sebuah portal dimensi yang terbuka disitu. Di dalam portal dimensi itu pun nampak Zadkiel dengan wajah cemas melihat mereka berdua.
“Ed, cepat bawa temanmu kesini! Dia mungkin masih bisa diselamatkan!”
Edward pun mulai melihat secerca harapan dari Zadkiel. Edward pun menggendong Sharon yang tengah sekarat itu, dan masuk ke dalam portal Zadkiel bersama dengan Chamuel dan Lily yang mengikutinya.
“Kau juga ikut!”
Lilith terkejut dengan Zadkiel yang memanggilnya untuk ikut. Dia tidak menyangka kalau dirinya yang seorang iblis akan diajak bersama dengan mereka.
“Eh?! Aku juga?”
Lilith tidak terlalu mempercayai Zadkiel, tetapi melihat temannya yang sedang kesusahan, dia pun memutuskan untuk ikut dengan mereka semua.
Edward pun segera membawa Sharon pergi mengikuti Zadkiel ke ruangan khususnya. Dia sangat berharap kalau Zadkiel benar-benar bisa menyelamatkan Sharon, salah satu orang yang sudah Edward anggap sebagai keluarga sendiri.
Chamuel, Lily, dan Lilith ingin mengikuti mereka, tetapi dihentikan oleh Zadkiel karena dia mau membicarakan sesuatu yang penting kepada Edward. Chamuel merasa keberatan dengan itu, dia tetap memaksa untuk ikut, tetapi setelah melihat wajah serius dari Zadkiel, dia dia tidak punya pilihan lain selain menuruti perintah dari Zadkiel.
"Ed, apa kau pernah mendengar kasus lenyapnya semua orang di kota Rein?"
"Ya."
"Apa kau tahu sebenarnya mereka digunakan untuk membuat Iblis buatan."
Edward tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar, dia tidak pernah mendengar kalau ada iblis yang terbuat dari manusia. Dia sama sekali tidak pernah mendengar tentang itu sama sekali. Bahkan tidak pernah membayangkan kalau manusia bisa dijadikan iblis buatan.
"A-apa itu mungkin?"
"Itu sangat mungkin, karena pada dasarnya, manusia memiliki kemiripan hampir dengan semua ras.."
Zadkiel tahu kalau resiko melakukan itu sangatlah besar. Bahkan dari semua manusia yang berusaha dijadikan iblis buatan pun, tidak banyak dari mereka yang berhasil. Mereka yang gagal, hanya membuang-bbuang nyawa mereka untuk hal yang sia-sia.
"Apa mungkin kau berencana?"
"Ed, Itu adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan temanmu."
"Apakah kita tidak bisa menyembuhkannya dengan-"
"itu percuma Ed, tubuh temanmu itu hampir rusak semuanya. Karena itu lah, dia akan benar-benar mati jika tidak menggunakan cara itu.”
Sihir yang Sharon gunakan untuk melawan Draconis adalah sebuah sihir terlarang yang seperti pedang bermata dua. Sihir yang akan memberikan kekuatan luar biasa kepada penggunanya, tetapi bayarannya juga akan sebanding dengan kekuatan yang didapatkan.
Edward menatap tubuh Sharon yang rusak karena sihir itu dan menggigit bibirnya sendiri. Dia menyadari kalau yang membuat Sharon menjadi seperti itu adalah dirinya sendiri, dia sangat menyesal karena terlambat untuk menghentikannya.
"Ed, percayakan dia kepadaku, aku berjanji aku pasti akan menyelamatkan Sharon."
Zadkiel membuka suatu ruangan yang terlihat seperti telah tersegel sejak lama. Dia pun memerintahkan Edward untuk membawa Sharon masuk ke dalam ruangan tersegel itu.
Ruangan itu adalah laboratorium dimana Zadkiel melakukan penelitian. Dia sudah meneliti tentang malaikat buatan sejak lama, tetapi karena suatu hal yang terjadi kepadanya, dia memutuskan untuk menyegel dan melupakannya.
"Aku mohon, selamatkanlah dia."
"Tenanglah Ed, aku tidak akan pernah mengingkari janjiku."
Zadkiel pun menyuruh Edward untuk keluar dan menunggu. Dia tahu kalau Edward ingin tetap disini untuk menemani Sharon, tetapi dia tidak ingin Edward untuk melihat sesuatu yang mungkin menjadi masalah.
Lily, Chamuel, dan Lilith pun masuk ke ruangan khusus dan ikut untuk menemani Edward yang sedang menunggu di depan pintu dari laboratorium Zadkiel. Mereka pun menunggu sangat lama, tetapi Zadkiel tetap belum keluar dari ruangan itu. Chamuel melihat Edward yang semakin cemas pun berusaha menghiburnya dengan kata-kata yang mungkin bisa sedikit menurunkan kecemasannya.
"Ed-chan, aku yakin Zad-chan akan berhasil, walaupun dia terlihat seperti tidak pernah serius, aku yakin dia akan menepati janjinya."
"Siapa yang kau maksud dengan tidak pernah serius?"
Mereka terkejut dengan Zadkiel yang tiba-tiba sudah keluar dari Laboratoriumnya.
"Bagaimana keadaan Sharon? Apakah sudah baik-baik saja?"
"Tenanglah, dia baik-baik saja tapi masih membutuhkan waktu sampai dia bisa keluar dari sana."
Hanya mendengarnya saja membuat hati Edward senang. Dia pun merasa sangat bersyukur bertemu dengan malaikat yang baik hati dan bisa diandalkan seperti Zadkiel. Dia sangat berterima kasih kepada Zadkiel karena sudah mau menyelamatkan Sharon, temannya yang sangat berharga.
"Apa aku boleh menjenguknya sekarang?"
"A...tidak! Tentu jika kau masih sayang nyawamu."
Chamuel pun langsung menatap Edward dengan tajam. Dia tahu Edward sangat ingin bertemu dengan Sharon tapi di dalam laboratorium itu terdapat sesuatu yang dia tidak ingin Edward lihat. Dia tidak mau kalau seseorang yang pertama kali Edward lihat seperti itu bukanlah dirinya.
Edward melihat Chamuel yang menatapnya tajam pun segera tahu apa yang dimaksud Zadkiel dan memutuskan untuk menghentikan tindakannya itu.
"J-jadi kapan Sharon akan keluar dari sana?"
"Entahlah, aku juga tidak tahu dengan pasti tapi setidaknya gunakan waktu luang ini untuk beristirahat dan memulihkan dirimu yang babak belur itu."
“Baiklah, aku mengerti.”
Edward pun menuruti perkataan Zadkiel untuk beristirahat di kamar yang sudah disiapkan untuknya. Dia sangat lega sekarang sampai-sampai dia langsung tertidur lelap setelah berbaring sebentar.
Chamuel dan Lily pun menyusul Edward ke kamarnya, mereka pun kembali ke dirinya yang semula yang selalu manja dengan Edward, mereka menjadikan bahu Edward sebagai bantal dan menatap wajah Edward dengan perasaan lega.
"Ed-chan, Syukurlah kau sudah kembali.”
“Ya~ Lily, lebih suka Ed yang seperti ini!”
Lilith merasa sangat gugup karena saat ini dia berada dalam satu ruangan dengan seorang Archangel yang ditakuti oleh para iblis karena kekuatan mereka yang besar. Setelah Edward meninggalkan ruangan khusus Zadkiel dia tiba-tiba disuruh oleh Zadkiel untuk mengikutinya tanpa tahu apa-apa.
"Kalau tidak salah namamu Lilith kan?"
"I-iya! Benar!"
Melihat Lilith yang sangat gugup berada di hadapannya, Zadkiel pun mencoba untuk tersenyum ramah untuk membuat Lilith merasa nyaman.
"Jangan kaku seperti itu, aku tidak membenci Iblis seperti Gabriel dan yang lainnya."
Lilith sama sekali tidak menjadi lega mendengar itu. Entah kenapa, dia merasakan sesuatu yang sangat bberbahaya dari dalam Zadkiel sendiri.
"A-ada apa mengajakku kemari?"
"Ah...tidak ada hal yang penting, aku hanya mau berbicara denganmu Lilith, atau harus kupanggil Levi-"
Lilith terkejut dia bisa membongkar penyamarannya yang sudah sempurna itu. Dengan panik, Lilith segera menghentikan Zadkiel yang mencoba menyebutkan nama aslinya yang sudah dia sembunyikan itu. Lilith sudah berusaha membuat penyamaran sesempurna mungkin untuk mengelabuhinya, tetapi itu terlihat sia-sia di depan mata Zadkiel.
"S-stop! Darimana kau tahu itu?"
"Ahahahaha ternyata benar dugaanku, kurasa aku bisa menebak apa tujuanmu dan juga apa yang terjadi di dunia Iblis sekarang."
Lilith tidak menyangka kalau Zadkiel bisa menebaknya sampai seperti itu, sekarang dia tahu kenapa firasatnya mengatakan kalau Zadkiel adalah orang yang sangat berbahaya baginya.
"Kau malaikat yang licik."
"Jangan panggil aku licik, aku hanya menebak dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi."
"(sigh) Baiklah kau menang, sekarang katakan apa tujuanmu yang sebenarnya memanggilku kemari."
"Aku hanya ingin melakukan penawaran kecil, aku akan membantumu mencapai tujuanmu tapi sebagai gantinya."
"Gantinya?"
"Kau harus menemani Edward dalam perjalanannya, bagaimana? Mudah kan?"
Lilith semakin tidak mengerti dengan jalan pikiran Zadkiel, dia terlalu rumit untuk bisa ditebak.
"Apa sebenarnya tujuanmu? Anak muda itu memang menarik tapi aku tidak berpikir kalau berharga bagimu."
"Itu tidak benar, Edward sangat berharga bagiku-Tidak! Dia sangat berharga bagi dunia ini."
"Aku tidak tahu maksudmu tapi baiklah, aku terima tawaranmu."
Pada akhirnya, Lilith sama sekali tidak bisa menebak jalan pikiran Zadkiel. Zadkiel adalah sosok yang sangat rumit dan penuh dengan misteri, tetapi setelah melihat Zadkiel yang mau menolong gadis malang itu, dia memutuskan untuk percaya kepadanya karena Lilith juga sudah tidak punya banyak cara lain lagi.
Edward selalu menyadari kalau dirinya masih belum apa-apa dibandingkan dengan Chamuel. Setiap hari, dia selalu bangun pagi untuk segera berlatih tetapi hari ini berbeda. Ini adalah hari yang sangat dinantikannya yaitu hari dimana Sharon akan keluar dari laboratorium. setelah bangun, dia pun secepatnya ingin bertemu dengan Sharon, tetapi saat dia membuka pintu dia melihat Chamuel.
"Ed-chan mau kemana kau?"
"Tentu saja aku ingin ke laboratorium secepatnya."
"Tidak Ed-chan! biar Chamuel dan Lily-chan yang kesana! Ed-chan, tunggu saja di ruang tamu bersama Zad-chan."
"Tapi, aku ingin segera menemui-."
Chamuel pun marah dan menggembungkan pipinya.
"Mum...Ed-chan bodoh! Gak peka! Pokoknya tidak boleh titik!"
Chamuel langsung berlari meninggalkan Edward yang masih bingung dengan tingkah laku Chamuel. Zadkiel pun secara tiba-tiba berada di belakang Edward yang sedang kebingungan itu.
"Kau itu sama sekali gak peka ya Ed, aku jadi kasihan pada Chamuel dan yang lainnya."
Edward sama sekali tidak tahu jalan pikiran wanita. Dia ingin segera menemui Sharon tapi dia tidak punya pilihan lain selain menuruti apa kata Chamuel atau dia akan semakin marah dan membuat segala sesuatu semakin rumit lagi.
"(sigh)Kenapa wanita itu sangat rumit ya?"
Mereka pun berjalan ke ruang tamu untuk menunggu Chamuel dan yang lainnya membawa Sharon kemari. Edward merasa sangat penasaran seperti apakah Sharon sekarang. Dia tidak masalah seburuk apapun wujudnya, Edward akan tetap menerima Sharon dengan tangan terbuka.
Pintu ruangan itu pun akhirnya terbuka, disitu terlihat Chamuel, dan Lily yang membuka pintu itu dan masuk ke dalam ruangan.
"Dimana Sharon?"
Tiba-tiba seorang gadis berjalan melewati pintu yang terbuka itu. Gadis itu memiliki paras yang sangat cantik layaknya boneka, dia mempunyai rambut berwarna pirang yang digerai panjang, memiliki mata lebar yang sangat indah dengan iris biru, dia memakai baret seperti Chamuel dengan baju putih dan celana pendek.
"Eh? Siapa?"
Edward terkejut karena gadis itu tiba-tiba berlari dan memeluknya dengan sangat erat. Tangis bahagia pun terpancar di wajahnya yang agak bulat itu. Edward pun hanya kebingungan dengan apa yang terjadi, dia sama sekali tidak menyadari kalau gadis itu sebenarnya adalah Sharon yang sudah menjadi malaikat sekarang.
"Ed, syukurlah! Syukurlah! Syukurlah aku bisa bersamamu lagi!"
"Apa jangan-jangan kau Sharon?!"
Chamuel dan Lily merasa sedikit cemburu dengan Sharon, tetapi mereka memilih untuk membiarkannya karena mereka tidak ingin mengganggu momen bahagia itu. Chamuel pun hanya bisa memalingkan wajahnya dan berusaha berpura-pura tidak melihatnya agar dirinya tidak merasakan perasaan yang tidak enak.
"Chamu, tidak apa-apa?"
"Terima kasih Lily-chan, aku tidak apa-apa kok."
Zadkiel pun mendekati Chamuel dengan waja tersenyumnya yang seperti biasa.
"Kau yakin tidak apa-apa Chamuel? Kalau begini terus gadis itu mungkin bisa dengan mudah memenangkan hati Edward lho."
Chamuel merasa kalau Zadkiel hanya ingin menggodanya saja, tetapi itu juga bisa menjadi nyata melihat seberapa dekat Edward dengan Sharon. Bahkan mereka sudah dekat semenjak masih anak-anak seolah-olah Sharon adalah pasangan yang sudah ditakdirkan untuk Edward.
Chamuel pun mendekati Sharon yang sedang memeluk Edward dan memisahkan mereka dengan wajah kesal.
"Baik-baik sudah cukup pelukannya!"
"Cebol, apa yang kau-"
"Dengar ya Shar-chan, yang akan memenangkan hati Ed-chan adalah aku Chamuel, malaikat yang paling imut."
"HAH?!"
Lily pun mengikuti jejak Chamuel, dia juga ikut-ikutan untuk maju memperebutkan posisi mereka.
"Bukan! Lily yang akan menang."
Disaat itu mereka bertiga pun mulai adu mulut. Mereka sama-sama tidak mau mengalah dengan hal yang menyangkut Edward. Edward pun hanya tersenyum melihat mereka dan dia pun mendekati Zadkiel yang terlihat asyik menikmati itu.
"Zadkiel, bisakah aku bertanya sesuatu?"
"Oh ya? Apa itu?"
"Kenapa Sharon menjadi gadis kecil?"
"Ed, kau Lolicon kan? Aku hanya ingin menyesuaikannya dengan seleramu."
"Zadkiel-san, sebenarnya seperti apa aku dimatamu?"
"Habis, setiap kali aku melihatmu kau selalu menambah koleksimu, dari Lily, Chamuel, terus Lilith. Jadi, tidak salah kan kalau aku menganggapmu Lolicon? Apalagi kau juga pernah tidur dengan si Lily kecil dan Chamuel."
"I-itu hanya mereka yang iseng dan masuk ke kamarku! Lagipula aku hanya tertarik dengan wanita dewasa seperti Mika-nee!"
Sontak Chamuel, Lily, dan Sharon pun menghentikan pertengkaran mereka karena mendengar sesuatu yang membuat mereka sangat kesal.
"Heeh, jadi seperti itu ya...E-D-CHA-N!"
"Ed...apa maksudnya itu!"
"...."
Mereka bertiga menatap Edward dengan tatapan seram layaknya seorang pembunuh yang siap membunuh targetnya. Edward pun merasa takut dengan tatapan mereka dan dia perlahan mundur untuk melarikan diri.
"Tu-tunggu kenapa kalian menatapku seperti itu!"
"Jii~"
Tatapan mereka pun semakin tajam. Itu membuat Edward semakin takut dan dia perlahan mendekati pintu keluar untuk segera melarikan diri. Dia merasakan perasaan yang sangat tidak enak jika dia sampai tertangkap oleh mereka bertiga.
"Ma-maaf kurasa aku ada urusan mendadak jadi-"
"E-D-CH-AN!"
Chamuel dengan cepat memeluk Edward, tetapi itu bukan pelukan manja yang seperti biasa dia lakukan, pelukan Chamuel terasa sangat kuat sampai-sampai Edward tidak bisa bergerak.
"Kau sudah mempersiapkan dirimu kan?"
Chamuel menatap Edward dengan ekspresi yang paling seram dari mereka bertiga. Matanya seolah-olah menatap Edward dengan tatapan kosong, dan itu ditambah dengan senyumannya yang membuat Edward semakin merinding melihatnya. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Chamuel bisa membuat wajah seperti itu.
"A-apa yang akan kau lakukan?"
"Tentu saja, Chamuel akan memberi Ed-chan pelajaran yang tidak akan Ed-chan pernah lupakan."
Edward yang merasa hidupnya terancam pun berusaha memberontak dan melepaskan diri dari pelukan Chamuel. Memang, pelukan Chamuel tidaklah sekuat Lily, tetapi Edward juga tidak bisa melepaskan dirinya dari pelukan itu.
"TIDAAAAAK! LEPASKAN AKU!"
"Ed-chan, kau tidak mempunyai hak untuk menolak jadi tetap diamlah dan ikuti apa kata Chamuel!"
Edward pun mulai tidak ada harapan dan mencoba cara terakhir yaitu memohon kepada Zadkiel untuk menyelamatkannya dari Chamuel dan yang lainnya.
"Zadkiel tidak! tuan Zadkiel! Aku mohon Selamatkan aku!"
"Ahahahaha, semoga beruntung Ed!"
Akhirnya Edward pun dibawa paksa oleh mereka bertiga menuju ke neraka yang kejam. Zadkiel pun hanya tertawa melihat tingkah lucu mereka yang selalu membuatnya terhibur.
Lilith pun datang dari balik pintu. selama ini, dia telah mengawasi mereka secara diam-diam.
"Kurasa mereka orang-orang yang menarik."
"Benar kan? Bahkan tidak ada satu hari yang membosankan pun jika bersama mereka."
"(sigh) Baiklah, kurasa aku akan bergabung dengan mereka sekarang."
Lilith pun berjalan ke arah dimana Edward dan yang lainnya berada meninggalkan Zadkiel sendirian di ruang tamu yang besar itu.
"Dan satu-satunya yang bisa menyelamatkanmu dari neraka itu, mungkin hanyalah Edward.”472Please respect copyright.PENANAfBNhfDhOgW