Di sebuah kamar di dalam Istana di kerajaan Elf, kamar itu terlihat mewah dengan ukuran yang besar, arsitektur yang bagus serta yang terpenting adalah kasur yang luas dan empuk, itu adalah kamar spesial yang biasanya disiapkan untuk para tamu penting di kerajaan Elf. Di kasur yang sangat empuk itu berbaring Edward yang sudah tidak sadarkan diri setelah pertarungan di kuil Erekhtheion, Edward secara perlahan mulai membuka matanya yang sudah terpejam sangat lama, dia terdiam sejenak dan akhirnya setelah dia tersadar sepenuhnya, dia pun berusaha untuk duduk tetapi badannya terasa sangat berat seolah ada beban yang menahan tubuhnya untuk bangun, dia mencoba membuka selimutnya dan menemukan Lily yang tidur sambil memeluknya.
"L-Lily!"
Edward sangat terkejut menemukan Lily yang tertidur sambil memeluknya dan tidak sengaja mengeluarkan suara keras sehingga suara itu membangunkan Lily yang tengah tertidur, mata Lily mulai terbuka secara perlahan, dia lalu bangkit sambil mengucek matanya dan dia terkejut melihat Edward yang sudah tersadar dari tidur panjangnya. Matanya pun melebar seolah-olah sedang melihat keajaiban dan dia pun langsung memeluk Edward dengan erat dengan air mata yang keluar dari matanya.
"Ed!"
"Tu-tunggu Lily!"
Selama ini Lily telah menemani Edward selama dua puluh empat jam penuh, dia lebih memilih untuk tetap bersama menemani Edward yang tengah tidak sadarkan diri bahkan dia tidak sekalipun meninggalkan Edward untuk makan sekalipun. Ini adalah pertama kalinya Lily merasa sangat takut dengan sesuatu, dia sangat takut akan kehilangan Edward untuk selama-lamanya terutama setelah kejadian di kuil dimana tiba-tiba dia menangis saat memeluk Edward tanpa tahu penyebabnya, hatinya terasa sangat sakit dan dadanya sesak, setelah kejadian itu Lily pun mulai merasa kalau Edward terasa sangat jauh sehingga dia sama sekali tidak bisa menggapainya sama sekali dan suatu saat akan menghilang dari kehidupannya.
"Lily...Lily takut kalau Ed pergi!"
Edward sama sekali tidak tahu kenapa tiba-tiba Lily bersikap seperti itu tetapi dia berusaha menenangkannya dengan membelai rambut Lily dengan lembut dan mengatakan sesuatu yang bisa membuatnya tenang.
"Mana mungkin aku pergi meninggalkan orang yang telah menyelamatkanku."
Lily merasa sedikit tenang ketika mendengar itu.
"Janji?"
"Tentu saja!"
Lily pun melepaskan pelukannya dari badan Edward dan menatap mata Edward yang sudah kembali normal seperti semula, ia lalu mengangkat jari kelingking tangan kanannya dan mengarahkannya ke depan Edward.
Edward pun juga mengangkat jari kelingking tangan kanan ke arah Lily dan mereka pun saling mengaitkan jarinya dengan erat dan menggoyangkannya ke atas dan ke bawah.
"Janji kelingking, kalau kamu berbohong, aku akan membuatmu menelan seribu jarum."
Edward teringat dulu dia juga pernah membuat janji kelingking dengan Sharon waktu mereka masih kecil, dia pernah berjanji kelingking kepada Sharon untuk menghiburnya dari kesedihan akan kehilangan keluarganya karena serangan Iblis apalagi pada waktu itu mereka hanya anak kecil yang sudah kehilangan rumah dan segalanya, mereka bahkan tidak tahu apa yang harus mereka perbuat untuk bisa bertahan hidup.
Tiba-tiba pintu kamar itu terbuka, disana terlihat Chamuel, Sharon, Lilith, dan Evelyn yang mau melihat keadaan Edward, mereka pun terkejut dengan Edward yang sudah tersadar dari tidur panjangnya dan langsung berlari menuju Edward dengan tidak sabar, mereka langsung menanyai Edward secara bersamaan dan membuat Edward bingung mau menjawab.
"Ed, aku sangat khawatir lho."
"Ed, bagaimana keadaanmu?"
"Ed-chan kau gak apa-apa? Apa kau sudah sembuh?"
"Edward-sama, apa anda sudah baikan?"
"Tenanglah semuanya aku sudah baik-baik saja."
Edward menatap ke arah Evelyn dan membuatnya tersipu malu, Edward sangat penasaran dengan keadaan kakaknya yang telah menjadi monster itu.
"Ngomong-ngomong bagaimana dengan kakakmu?"
"Berkat Edward-sama kak Kenaz selamat."
Setelah pertarungan itu Kenaz segera dibawa ke istana dan Heldalf memanggilkan tabib istana untuk mengobatinya, di dalam tubuh Kenaz tidak terdapat kutukan sama sekali seperti kasus Sharon dulu, sihir yang Sharon dulu adalah murni dari kebenciannya yang akhirnya dia pun rela mengorbankan apapun yang dia punya untuk membalaskan dendam dan akhirnya memunculkan lingkaran sihir hitam yang meledakkan aura hitam dan menutupi tubuhnya dengan aura hitam itu sedangkan yang dilakukan Kenaz itu hanya menelan sebuah kristal.
Tiba-tiba pintu itu terbuka dan Edward terkejut melihat ternyata Kenaz yang tubuhnya penuh dengan perban yang menutupi kulitnya yang terkelupas akibat dari aura hitam yang membuatnya menjadi monster.
"Ke-kenaz!"
Edward merasa kalau Kenaz terlihat berbeda dari Kenaz yang Edward tahu, dia tidak bisa mengungkapkannnya dengan kata-kata tetapi Edward hanya merasa ada sesuatu yang berubah dalam diri Kenaz.
Kenaz pun mendekat ke arah Edward dengan wajah menyesal, dia menyesal dengan apa yang telah dia perbuat selama ini kepada keluarganya. Dalam ketidaksadarannya saat dia sudah diambil alih oleh aura hitam itu dia melihat dengan samar ayahnya yang selama ini dia buru bersujud meminta belas kasihan untuk dirinya. Kenaz pun tersadar dengan apa yang telah dia perbuat dan akhirnya hanya bisa menyesalinya. Kenaz berpikir sudah tidak mempunyai kesempatan lagi dan hanya bisa menangis di dalam alam bawah sadarnya, tetapi di dalam keputusasaan itu ada Edward yang datang dan memberinya kesempatan kedua untuk menjadi seorang yang lebih baik.
"Aku mohon maafkan aku, Edward-sama! Dan juga terima kasih atas semua yang telah anda perbuat untuk kami."
Kenaz pun bersujud di hadapan Edward dengan air mata yang mulai keluar, Kenaz sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Edward yang telah menyelamatkannya dan keluarganya sehingga mereka bisa utuh kembali. Kenaz menyesal dengan kebodohannya yang sempat berpikir kalau dia bisa menjadi pahlawan legenda dan sekarang dia melihat Edward sebagai pahlawannya dan ingin menjadi sepertinya, menjadi cahaya yang akan menerangi dan menuntun semuanya sehingga tidak tersesat di dalam kegelapan.
"Eh?!"
Edward sama sekali tidak tahu apa yang telah terjadi dengannya sehingga dia bisa berubah seperti itu bahkan dia tidak tahu apa yang terjadi padanya saat pertarungan itu, yang dia bisa ingat hanyalah ketika dia tertusuk dan kehilangan kesadarannya saja, dia tidak mengingat kalau dia melakukan sesuatu untuk menyelamatkan Kenaz.
"Eh...aku tidak tahu apa yang terjadi tapi cepat berdirilah."
"Tidak sebelum anda-"
"B-baiklah! Aku memaafkanmu jadi cepat berdirilah karena itu memalukan!"
Edward penasaran dimana Kenaz bisa mendapatkan kristal hitam yang membuatnya mengeluarkan aura hitam itu, sebisa mungkin Edward mau menghentikan dan menghancurkan akar dari kristal hitam itu karena itu adalah sesuatu yang sangat berbahaya dan dia sudah tidak mau melihat korban lain.
"Ngomong-ngomong tentang kristal hitam itu."
"Saya mendapatkannya dari seseorang pedagang."
"Pedagang?"
"Ya, pedagang itu menawari saya kristal hitam yang katanya bisa membuat seseorang menjadi kuat secara instan."
"Apa kau tahu dimana pedagang itu sekarang."
"Saya sudah berusaha mencarinya, tetapi saya tidak pernah bertemu dengannya lagi."
Chamuel pun mendekat ke Edward dengan wajah serius, setiap Chamuel memasang wajah serius pasti itu adalah masalah yang tidak bisa disepelekan sama sekali.
"Ed-chan, tentang api putih itu."
"Api putih? Apa yang kau bicarakan?"
Edward bingung dengan apa yang Chamuel bicarakan, dia sama sekali tidak tahu-menahu dengan api putih yang sedang Chamuel bicarakan.
"Eh?! Ed-chan, apa kau tidak inga- ehm...tolong beri tahu Chamuel tentang hal terakhir yang Ed-chan ingat dengan pertarungan itu."
"Kurasa hal terakhir yang aku ingat adalah ketika aku terusuk dan pingsan."
Chamuel pun terdiam sejenak, wajahnya terlihat sedang sangat serius memikirkan sesuatu yang sangat penting.
"Apa mungkin!"
"Apa sesuatu terjadi padaku? Dan juga apa yang kau maksud dengan api putih?"
"T-tidak! Tidak apa-apa!"
Edward menatap Chamuel dengan curiga, dia merasa kalau Chamuel sedang menyembunyikan sesuatu yang sangat penting darinya sekarang dan tidak mau kalau dia sampai tahu tentang itu.
"Chamuel, apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?"
Keringat mulai menetes dari kulit Chamuel karena Edward menatapnya dengan wajah curiga terus-menerus.
"A~ apa Ed-chan terpesona dengan keimutan Chamuel sampai-sampai menatap Chamuel terus."
"Chamuel, jangan mengalihkan pembicaraan!"
"Ahaha...kurasa perut Chamuel sakit, Lily-chan anterin Chamuel sebentar."
Chamuel pun segera menarik Lily menjauh dari Edward dan menuju ke pintu keluar dari kamar itu.
"Hoi tunggu! Chamuel!"
"Shar-chan, Lilith-chan, Eve-chan, Ken-chan juga sebaiknya keluar dan membiarkan Ed-chan istirahat!"
"Huh...baiklah."
Mereka pun menuruti apa kata Chamuel dan segera keluar untuk membiarkan Edward beristirahat agar cepat sembuh. Edward pun hanya berbaring lagi di kasurnya yang empuk dan melamun memikirkan tentang hal yang Chamuel dan lainnya rahasiakan darinya, dia sangat penasaran dengan itu sampai-sampai Chamuel merahasiakan ini darinya.
Edward langsung teringat ketika Chamuel menjebaknya di kamar dan menggunakan sihir cinta padanya, tiba-tiba pada saat itu ada sebuah cahaya yang keluar dari tubuhnya yang sepertinya telah melenyapkan efek sihir cinta Chamuel. Pada saat itu Chamuel terlihat kaget dan dia juga seperti menyembunyikan sesuatu darinya tentang cahaya itu, bahkan ketika Edward bertanya lagi tentang cahaya itu kepada Chamuel, dia hanya mengalihkan pembicaraan seperti sekarang.
"Sial! Aku sangat penasaran!"
Di sebuah istana di kota besar Malaikat, disitu terdapat seorang Malaikat yang sedang duduk terdiam di kursi singgasana dan ditemani oleh seorang Malaikat yang berdiri di depannya yang terliha seperti sedang memberikan laporan. Malaikat itu mempunyai rambut lurus panjang berwarna hitam dan jenggot yang juga berwarna hitam, dia memiliki mata yang agak sipit dan bola matanya berwarna abu-abu, dia juga memiliki empat sayap berwarna putih kekuningan di punggungnya.
"Gabriel-sama, apakah yang harus kita lakukan?"
"Biarkan saja! Aku tidak punya waktu untuk mengurusi para Elf bodoh itu."
"Baiklah Gabriel-sama."
Gabriel adalah salah satu Archangel yang berada di fraksi perang, dia merupakan Archangel yang mempunyai kekuatan militer terkuat dari semua Archangel karena dia hampir menghabiskan waktunya untuk mengurusi semua yang berhubungan dengan itu. Gabriel sangat tidak suka dengan ras lain sehingga dia hanya memandang mereka dengan sebelah mata, tetapi disamping itu dia baik dengan sesamanya walaupun mereka berbeda jalan, bahkan dia juga tetap menganggap para Malaikat dari fraksi damai sebagai sekutu dan menghormati keputusan mereka.
Gabriel pun berdiri dari singgasananya dan mulai berjalan menuju ke balkon dari istananya yang besar, Malaikat itu mengikuti Gabriel dengan berjalan di belakangnya sampai mereka sampai di balkon. Gabriel terlihat senang melihat pemandangan dari balkon tersebut seolah-olah dia melihat hal yang menakjubkan yang berada disana.
"Pemandangan yang indah bukan?"
Di hadapan Gabriel telah berjejer kapal-kapal yang sangat banyak jumlahnya, kapal-kapal itu terbuat dari metal yang sangat kuat dan juga dilengkapi dengan sihir yang membuatnya bisa terbang dan di tengah lautan kapal itu terdapat sebuah kapal yang ukurannya lebih besar dan gagah daripada kapal-kapal yang lain.
"Seperti yang anda katakan, Gabriel-sama."430Please respect copyright.PENANAamXAnJsJpS