Edward berada di sebuah dunia yang berwarna putih nan kosong tanpa ada apapun di dalamnya. Itu hanyalah sebuah dunia kosong yang bahkan sejauh mata memandang, hanya ada warna putih mengisi kekosongan yang ada disana.
Kendati terkejut, Edward terlihat sudah terbiasa dengan hal yang saat ini dia sedang alami. Dia mengenali sangat tempat putih nan kosong ini.
“Hey kamu!”
Tepat di depan Edward ada siluet yang berbentuk seperti manusia, tetapi dia tidak mempunyai wujud atau apapun. Hanya sebuah siluet bergambar manusia yang tidak mempunyai mata atau mulut, yang bisa Edward lihat hanyalah sebuah siluet kosong berwarna putih terang.
“Ternyata kamu lagi!”
Edward sangat mengenali siluet yang mirip seperti manusia itu, mereka pernah bertemu berkali-kali di dunia putih nan kosong ini.
“Kamu sudah melakukan hal yang ceroboh lagi ya? Aku tidak menyangka kalau kau akan menggunakan kekuatan itu sampai di level setinggi itu.”
Edward bisa mengerti kenapa dia mempermasalahkan itu, tetapi dia juga tidak mempunyai banyak pilihan karena walau bagaimanapun dia harus bisa mengalahkan Avvanyyon jika ingin menyelamatkan White.
“(sigh) Kau juga sudah tahu kan kalau aku sudah tidak mempunyai pilihan lain?”
Siluet itu pun mulai membuat dirinya melayang-layang seolah-olah dia seperti tidak terikat oleh gravitasi.
“Lalu kenapa kau tidak menggunakan anak itu? Dia seharusnya mempunyai kekuatan yang jauh lebih kuat dari musuhmu itu. Aku yakin kalau kau memerintahkannya pasti dia akan bisa melenyapkan musuhmu itu.”
Memang jika menggunakan Lily, Avvanyyon bisa dikalahkan meskipun Edward tidak menggunakan kekuatannya, tetapi harga diri Edward tidak menginginkan itu. Dia tidak bisa menyuruh seorang gadis kecil untuk bertarung sementara dirinya hanya diam dan tidak melakukan apapun seperti seorang pecundang yang takut akan kematian.
“Sayang sekali aku bukanlah seorang pecundang yang takut mati.”
Edward sudah mengerti dengan resiko menggunakan kekuatan itu, tetapi dia sama sekali tidak menyesal karena dia mengikuti kata hatinya. Dia sudah memutuskan untuk menyerahkan mimpinya kepada orang lain yang mempunyai mimpi yang sama dengannya.
Itu adalah hal yang sangat berat bagi Edward untuk menyerah atas mimpinya. Tetapi dia tidak bisa berbuat apapun lagi untuk mengubah takdirnya sekarang. Dia tahu kalau dia akan kehilangan semuanya saat pertama kali menggunakan kekuatan itu. Semua mimpinya akan terkubur sangat dalam di dalam jurang yang tidak dapat digapai oleh siapapun.
“Hahahaha sudah kuduga kamu sangat menarik. Baiklah aku akan memberikanmu sesuatu untuk perjalanan selanjutnya.”
Seharusnya siluet itu adalah yang paling tahu tentang keadaan Edward saat ini selain Edward sendiri. Seharusnya dia tahu kalau Edward tidak akan pernah bisa melanjutkan perjalanannya lagi setelah menggunakan kekuatannya itu.
“Apa kau pikir aku bisa melanjutkan perjalananku lagi setelah ini?”
Tentu siluet itu sudah tahu semuanya tentang Edward dan apapun bahkan lebih dari diri Edward sendiri. Dia tahu tentang segala hal yang terjadi dengan Edward baik di masa lalu, ataupun di masa depan. Siluet itu sudah tahu tentang semuanya, tetapi justru karena itu dia tahu kalau Edward akan segera kembali seperti semula lagi.
“Kau akan melanjutkan perjalananmu lagi, itu pasti. Karena itulah aku akan memberikan- Ehem! Maksudku mengembalikan ini kepadamu.”
Siluet itu perlahan mendekati Edward yang masih bingung dengan apa yang dia ucapkan sebelumnya. Tetapi itu tidak masalah bagi siluet itu karena Edward juga akan segera tahu setelah ini. Dia pun mengangkat tangannya dan mengarahkan jari telunjuknya ke dahi Edward. Cahaya pun mulai keluar dari tangan siluet itu yang sama sekali tidak berwarna, dan dia pun menyentuh dahi Edward dengan jari telunjuknya yang bercahaya itu.
“Ini adalah sesuatu yang aku kembalikan kepadamu.”
Badan Edward sama sekali tidak mau bergerak dari tempat asalnya seolah-olah ada yang sedang menahan badannya agar tidak bergerak.
“Aku akan mengembalikan sesuatu yang berharga untukmu.”
Cahaya itu semakin terang dan terang menyinari Edward yang mematung tidak bisa bergerak itu.
“Sekarang kembalilah sang cahaya. Terangi dunia ini dengan cahayamu yang agung.”
Tubuh Edward mulai bersinar semakin terang dan terang. Sphere-sphere indah yang bercahaya pun mulai keluar dari tubuh Edward satu persatu. Tubuh Edward pun semakin lama semakin menghilang dengan sphere-sphere yang keluar dari tubuhnya itu. Akhirnya tubuh Edward pun menghilang sepenuhnya dari dunia putih yang kosong itu meninggalkan siluet itu sendirian di dalamnya.
“Sekarang dan seterusnya, takdir apakah yang akan menantimu, sang Cahaya. Apakah takdir yang sama dengan yang lalu? apakah kau bisa mengubah takdirmu kali ini? Aku sangat menantikannya.”
Edward mulai membuka kedua matanya setelah selama satu bulan lebih tidak sadarkan diri. Tepat di depannya ia melihat wajah-wajah dari semua orang yang dia kenal sedang terharu dan tidak percaya dengan keajaiban yang baru saja mereka lihat.
Setelah tersiksa sekian lama, akhirnya mereka bisa merasakan perasaan bahagia di dalam hatinya. Perasaan yang telah menghilang selama beberapa waktu ini di dalam hati mereka yang telah digantikan oleh kesedihan dan keputusasaan.
“Ed!”
“Eh? Tubuhku...kembali seperti semula?”
Edward sama sekali tidak tahu apa yang terjadi dan kenapa dia bisa sembuh seperti ini karena menurutnya dia tidak akan pernah bisa sembuh apapun yang Chamuel dan yang lainnya lakukan.
Lily menjadi yang pertama melompat dan memeluk Edward dengan sangat erat yang baru sadar itu dengan wajah bahagia dan air mata kebahagiaan yang mengalir terus menerus.
“Ed! Ed! Ed! Ed! Ed! Ed! Ed!”
Hati Lily merasakan perasaan yang sangat bahagia sekarang. Setelah apa yang telah dia rasakan selama ini, hati yang dipenuhi oleh kesedihan itu menjadi penuh dengan kebahagiaan yang sangat banyak. Dia merasa sangat bahagia sehingga dia berniat untuk tidak melepaskan pelukannya itu selama-lamanya dari Edward yang baru tersadar itu.
Chamuel merasa tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. Air matanya pun mulai mengalir dari matanya yang indah dan membasahi pipinya yang lembut. Dia berjalan perlahan menuju Edward dengan ekspresi yang seolah-olah tidak percaya dengan keajaiban itu. Begitupun dengan Sharon, Evelyn, White, Rose, dan juga Lilith, mata mereka menunjukkan seolah-olah mereka sedang menyaksikan keajaiban yang sangat tidak terduga.
“Ed-chan? Ed-chan!”
Chamuel dan yang lainnya pun melompat dan memeluk Edward yang baru sadar itu dengan air mata kebahagiaan yang mengalir di pipi mereka. Selama ini mereka sangat takut akan kehilangan Edward yang tak tergantikan. Mereka sangat takut jika mereka sudah tidak bisa melihatnya tersenyum lagi.
“Waaa~ Ed-chan(hiks) syukurlah...syukurlah!”
“Ed! Ed! Ed! Syukurlah kau bisa kembali!”
“Syukurlah temanku! Kau benar-benar membuatku khawatir!”
“Tuan Ed! Syukurlah aku bisa melihatmu sehat lagi!”
“Kak Ed, Rose sangat sangat khawatir kalau kak Ed gak bangun lagi!”
Momen itu adalah momen yang sangat membahagiakan bagi mereka semua. Setelah apa yang terjadi, mereka sama sekali tidak menyangka kalau Edward bisa sembuh seperti sedia kala seolah-olah semua luka yang ada pada dirinya kemarin hanyalah ilusi belaka.
Zadkiel pun hanya bisa tersenyum melihat mereka yang mendatangi Edward dengan wajah yang bahagia seperti itu. Dia senang bisa membuat teman-temannya itu kembali menjadi diri mereka sendiri.
Melihat itu semua, White pun tersenyum bahagia dengan air mata kebahagiannya yang keluar dari matanya yang sangat indah itu. Tangan Edward pun mengelus kepala mereka semua secara bergantian yang membuat mereka semua berebut untuk itu. Dia sangat berterima kasih kepada mereka semua karena telah mengkhawatirkannya. Tetapi itu sekarang sudah tidak perlu lagi karena dia merasa sudah kembali ke dirinya yang semula.
“Terima kasih semuanya!”
White seperti tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Dia ingin segera melompat dan mengucapkan selamat kepada Edward yang baru saja bangun itu. Tetapi di dalam hatinya, masih ada rasa penyesalan karena dia menganggap dirinya lah yang menyebabkan Edward sampai seperti ini.
“Kalian semua, cepat minggir darinya atau Edward akan mendapatkan masalah.”
“Gak! Chamuel gak mau!”
“Hoi!”
Mereka masih tidak mau menyingkir dari Edward dan ingin tetap seperti itu untuk sementara waktu. Tetapi tidak dengan Edward, dia merasakan bahaya yang akan menghampirinya jika dia terus dikerumuni oleh gadis-gadis kecil seperti ini.
“Ka-kalian, aku tahu perasaan kalian tetapi aku akan mendapat masalah jika kalian terus disini jadi cepatlah turun.”
“(sigh) tidak ada pilihan lain.”
Mereka semua melepaskan pelukannya dan turun dari kasur itu dengan wajah yang agak sedih. Edward melihat White yang sedang bersikap tidak seperti biasanya itu, dia pun segera menyadari penyebab kenapa White tidak bersikap seperti biasanya. Dia ingin memberitahu White kalau itu bukanlah salahnya, itu adalah keputusan yang diambil oleh dirinya sendiri. Edward sendiri yang telah memutuskan untuk tidak membiarkan White mati. Edward sendiri yang tidak kuat menahan amarahnya ketika dia melihat White disakiti. Malah daripada marah, Edward sangat ingin berterima kasih kepada White yang telah menyelamatkannya saat itu.
Edward pun segera bangkit dari kasurnya itu dan berjalan menuju White yang tidak seperti dia yang biasanya. Edward menyentuh atas kepala White dengan telapak tangan kanannya dan mengelusnya dengan lembut. Mata White mulai berkaca-kaca dan wajahnya mulai memerah melihat Edward yang terlihat berbeda seperti sebelumnya.
“Tuanku...aku-”
“White, terima kasih. Kau tidak perlu merasa bersalah karena akulah yang memutuskan untuk tidak membiarkanmu mati, dan akulah yang tidak bisa menahan amarahku ketika melihatmu seperti itu.”
Hati White yang semula gundah itu serasa berbunga-bunga setelah mendengar kata-kata yang dari Edward. Dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan jika Edward mulai membencinya dan meninggalkannya. Dia pasti akan segera mengakhiri hidupnya sendiri saat itu karena bagi dia alasannya untuk hidup hanyalah melayani dan mendampingi tuannya tercinta itu.
Dia sangat senang sehingga dia langsung memeluk Edward dengan sangat erat dengan air mata bahagianya. Dia sangat senang telah memiliki tuan yang sangat baik hati seperti Edward yang telah marah untuknya, yang rela berkorban untuknya, yang telah menangisinya, yang telah peduli dengannya, yang telah mencintainya. Dia terlalu bahagia sampai dia tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata.
“O Mi Domine...Te Amo.”
Sekali lagi White mengatakan bahasa yang Edward sama sekali tidak mengerti. Tetapi dia tidak mempermasalahkannya karena dia berpikir kalau itu hanyalah ungkapan kebahagiaan dari White. Tetapi tidak dengan Chamuel dan Lily, mereka terlihat tidak senang dengan kata-kata yang baru saja dikatakan White itu.
“Aaaa~...White-chan curang!”
“Ya~ White, curang!”
Zadkiel pun tersenyum melihat White yang begitu bahagianya sampai dia mengungkapkan hal itu kepada Edward. Dia hanya bisa berdoa agar White tidak kehilangan senyuman manisnya lagi untuk yang kedua kalinya.
“Sudah-sudah, karena Edward sudah bangun, mari kita adakan perayaan untuk sembuhnya pahlawan kerajaan ini!”
“Eh? Pahlawan? Siapa?”
“Apa yang kau katakan, tentu saja kau lah!”
Edward tidak mengerti dengan apa yang dimaksud dengan pahlawan. Dia tidak merasa menjadi pahlawan bagi siapapun disini, dia malah merasa bersalah karena telah merusak kota ini dengan pertarungannya dengan Avvanyyon.
“Kau telah memenangkan pertarungan melawan mereka, kau bahkan telah menyelamatkan White yang telah seperti ibu bagi kerajaan ini, jadi kaulah bintangnya!”
Mereka pun segera menyiapkan pesta untuk merayakan Edward yang telah bangun dari tidur panjangnya. Mereka dengan senyum bahagia menyiapkan pesta itu agar menjadi sesuatu yang sangat spesial bagi Edward. Para pelayan berlalu lalang menghias ruangan untuk dijadikan pesta selamat atas Edward yang telah terbangun itu.
“Kenapa harus seperti ini?”
Edward sudah berusaha menolak pesta itu karena dirinya tidak merasa melakukan sesuatu yang spesial, tetapi banyak dari mereka yang memaksa Edward untuk mengadakan pesta itu. Edward yang tidak mempunyai banyak pilihan pun hanya bisa pasrah dengan apa yang mereka perbuat.
“Tuanku, ada apa?”
Yang tersisa di ruangan itu hanyalah White yang memang ditugaskan untuk menjaga Edward karena dia juga masih belum sepenuhnya pulih dari lukanya. Dia dengan setia menemani Edward tanpa mengeluh atau apapun itu, dia hanya duduk di samping Edward dengan senyuman manisnya yang sudah lama tidak dia keluarkan.
Edward merasa bosan karena tidak ada hal yang bisa dia lakukan disana. Dia hanya berbaring diam memandangi langit-langit yang tidak ada hal yang menarik di dalamnya.
“(sigh) Aku bosan. White apa aku boleh keluar jalan-jalan?”
Setelah kejadian itu, White tidak ingin jika Edward pergi keluar tanpa pendamping sama sekali karena tidak menutup kemungkinan jika dia akan diincar oleh seseorang.
“Tuan Edward, kalau anda ingin keluar, maka aku akan menemanimu.”
Sejak dari dulu, Edward merasa tidak enak mendengar White yang selalu memanggilnya dengan sebutan yang seperti itu. Dia ingin White lebih bebas untuk berbicara dengannya tanpa menggunakan panggilan yang seperti itu yang membuat Edward merasakan perasaan aneh.
“White, bisakah kau memanggilku dengan hanya nama?”
Bagi White, itu adalah sesuatu yang melanggar kode etiknya karena dia merasa tidak pantas untuk memanggil Edward dengan hanya namanya seperti yang lainnya. Melihat dari posisinya yang hanya sebagai hamba yang setia, White tidak suka memanggil Edward hanya dengan namanya.
“Tidak Tuanku, seorang sepertiku tidak pantas untuk memanggilmu tanpa kehormatan.”
Edward pun memutuskan untuk membiarkan itu karena dia tidak ingin memaksa White untuk melakukan sesuatu diluar keinginannya. Dia pun teringat kalau dirinya sama sekali tidak memberikan sesuatu kepada White sebagai tanda terima kasih untuk menyelamatkannya dari Valkyrie.
“Hmmm...White, ngomong-ngomong aku belum memberikan sesuatu untuk berterima kasih atas waktu itu, jadi sebagai gantinya kau bisa meminta apa yang kau suka padaku...Ehm! tapi jangan mahal-mahal ya, aku tidak mempunyai uang sebanyak itu.”
“Dua hal...i-ini bukanlah sebuah barang tapi...apa tidak apa-apa?”
“Yah...asal tidak aneh-aneh.”
White tidak merasa menginginkan apapun lagi selain bisa berada di dekat Edward. Bagi White, berada di dekat Edward adalah seuatu yang paling membahagiakan baginya tetapi ada hal yang sangat ingin dia lakukan bersama Edward.
Mata White pun berkaca-kaca, dan wajahnya sedikit memerah. Dia memegang dagunya, dan melihat ke arah lain karena tidak sanggup untuk melihat wajah Edward sambil mengungkapkan keinginannya. Dia merasa tidak enak meminta itu dari Edward, tetapi hatinya benar-benar menginginkannya.
“Ka-kalau begitu...maukah Tuanku pergi bersamaku untuk melihat pohon suci mekar? Hanya berdua...apakah itu boleh?”
“Kalau cuman itu gampang! Baiklah aku akan pergi bersamamu! Lalu apa lagi yang satunya?”
“Ka-kalau itu...masih rahasia. Tuanku akan tahu saat waktunya tiba.”
“Yah, baiklah. Tapi yangan hal yang aneh-aneh ya!”
Edward pun bangkit dari kasurnya karena dia sudah terlalu bosan berada di tempat itu. Dia ingin melihat-lihat keadaan sekitar dan bersenang-senang.
“Kalau begitu, ayo kita pergi White!”
White menyambut ajakan Edward dengan senyum manis di wajahnya yang seolah-olah senyuman itu dapat menumbangkan pria yang melihatnya. Dia pun berdiri dan berjalan di samping Edward untuk menemaninya jalan-jalan.415Please respect copyright.PENANAOgSowyOrKt