Itu adalah sebuah malam yang indah dengan langit yang sangat cerah sehingga bintang-bintang nampak bersinar di langit menerangi langit malam yang gelap, dan cahaya dari sang rembulan yang menambah keindahan dari malam itu.
Edward menyendiri duduk di rerumputan di taman untuk menghirup udara malam yang dingin sambil menatap kelap-kelip bintang di langit untuk menenangkan dirinya sendiri, Edward sesekali butuh untuk menyendiri dan menjauh dari gangguan Chamuel dan yang lainnya yang selalu berisik dan tidak membiarkannya beristirahat dengan tenang.
White diam-diam pergi menyusul Edward tanpa diketahui Chamuel, dia masih merasa kangen dengan tuannya yang akhirnya dipertemukan lagi dengannya yang sudah terpisah sangat lama, dia sangat merindukan masa lalu dimana dirinya bahagia bersama tuannya yang sangat dia sayangi.
“Edward-sama, bolehkan aku duduk bersamamu?”
“Silahkan, aku tidak keberatan kok.”
White pun duduk di sebelah Edward dan ikut memandangi bintang-bintang yang berkelap-kelip di langit itu, dia pun menatap wajah Edward yang terlihat sangat senang memandangi jutaan bintang di langit malam yang indah dan teringat akan masa lalu bersama tuannya yang tidak lain adalah Edward sendiri.
White tidak seperti Lily dan Chamuel yang langsung bisa mengenali siapa Edward hanya dengan melihat dan merasakannya saja, beruntung bagi White yang mempunyai insting dan juga penciuman yang spesial, dia bisa mengenali Tuannya meskipun dengan wujud yang berbeda dari dia yang dulu.
“Malam yang indah bukan?”
“Seperti yang kau katakan, Edward-sama.”
White pun menyandarkan kepalanya di bahu Edward sambil mengingat masa lalunya yang sangat indah dan membahagiakan, dia sangat bersyukur bisa bertemu kembali dengan tuannya lagi setelah sekian lama berpisah.
“Maaf Edward-sama, biarkan aku seperti ini.”
Edward tidak keberatan dengan itu, Edward sudah mulai terbiasa dengan itu akibat dirinya yang selalu dikelilingi Lily, dan Chamuel yang selalu bersikap manja kepada dirinya, tetapi Edward tetap tidak tahu kenapa White bisa seperti ini kepadanya, dia tidak merasa telah melakukan sesuatu yang spesial kepada White sehingga membuatnya mendekat seperti ini.
Edward bukanlah orang bodoh, dia tahu kalau White mulai seperti ini kepadanya semenjak White mengendusnya di hutan itu, White juga mengatakan sesuatu yang membuat Edward sangat penasaran.
“White, apakah aku boleh bertanya sesuatu?”
“Apa itu, Edward-sama?”
“Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?”
White sangat ingin mengatakan kebenaran tentang siapa dirinya dan membuat Edward teringat dengan masa lalunya, tetapi White sangat takut ketika Edward mengingat itu, Edward akan menghilang lagi dari dunia ini meninggalkannya untuk sendirian lagi. White masih ingat saat itu, saat dimana dia bangun dari tidur panjangnya, saat dimana dia berusaha mencari Edward di seluruh dunia tetapi tidak pernah menemukannya sama sekali, saat dimana dia sangat putus asa dengan keadaannya yang sangat menyedihkan, saat dimana dia sangat menyesal dari lubuk hatinya karena telah gagal melindungi tuan satu-satunya.
“Aku...tidak bisa menjawabnya.”
White merasa sedih karena dia tidak bisa menceritakan itu kepada Edward, dia merasa bersalah karena menutup-nutupi sesuatu yang sangat penting bagi Edward, tetapi dia tidak mempunyai pilihan lain selain melakukannya.
“Maafkan aku...Edward-sama.”
Edward terdiam sambil melihat jutaan bintang di langit, dia sudah mengira kalau White tidak akan menceritakan itu kepadanya, selama ini dia tahu kalau sebenarnya ada sesuatu yang ditutupi dari dirinya oleh Chamuel dan yang lainnya, tetapi selama ini Edward selalu diam saja menunggu mereka mengatakan yang sebenarnya.
Edward pun mengelus kepala White dengan lembut agar dia tidak berwajah sedih lagi dan tersenyum lembut kepada White, Edward tidak akan memaksa White untuk menceritakannya jika White tidak mau, karena entah kenapa Edward merasa percaya kalau White melakukan ini demi kebaikannya.
“Edward-sama?”
“Tidak, akulah yang harus meminta maaf karena telah merusak suasana.”
White merasa sangat senang karena dia bisa mendapatkan waktu pribadi bersama Edward tanpa gangguan Chamuel dan yang lainnya, dia pun memeluk tangan kanan Edward dengan erat sambil memandangi jutaan bintang-bintang di langit bersama Edward dengan hati yang sangat senang sehingga dia tidak bisa berhenti tersenyum.
“Terima kasih...Edward-sama!”
Mereka pun menghabiskan malam itu untuk melihat keindahan bintang-bintang yang bersinar di langit, mereka menghabiskan waktu cukup lama sampai Edward mulai merasa mengantuk dan tertidur, White pun segera menidurkan kepala Edward ke pahanya untuk dijadikan bantal, dia tidak ingin kalau Edward sampai merasa tidak nyaman disaat tidurnya karena dinginnya angin malam disana, dia ingin membawa Edward untuk ke kamarnya, tetapi melihat wajah tidur Edward yang menurutnya lucu, dia pun ingin membiarkannya sedikit lebih lama lagi.
Dia memandangi wajah Edward yang tertidur terus menerus, dia merasa kalau saat ini adalah saat yang paling indah dari hidupnya sejak dia terpisah dari Edward, dia pun perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah Edward. Semakin White mendekati Edward, semakin berdebar pula hatinya, dia pun mencium kening Edward dengan menurahkan seluruh perasaan yang selama ini terpendam di hatinya.
“Aku mencintaimu, Tuanku!”
Hati White merasakan kebahagiaan yang amat sangat banyak sehingga air matanya mengalir di pipinya yang lembut, dia sangat bahagia karena akhirnya dia bisa menyatakan perasaannya yang sebenarnya meskipun Edward tertidur, White tahu kalau perasaannya itu sangat terlarang baginya yang hanya merupakan ciptaan dari Edward yang sama sekali tidak sebanding dengannya, tetapi walaupun seperti itu, White sudah terlanjur mencintai Edward dengan segenap hatinya, dia sama sekali tidak bisa berbuat apapun dengan itu.
“Maafkan aku tuanku, karena telah mempunyai perasaan terlarang ini.”
Pagi pun mulai menjelang, Edward pun seperti biasa, dia selalu berlatih keras setiap hari agar dirinya menjadi semakin kuat agar bisa melindungi semuanya yang tanpa ia sadari, jarak kekuatan antara dia dan Sharon semakin jauh, Sharon yang melihat Edward semakin menjadi kuat meninggalkan dirinya pun bertekad untuk mengejar ketertinggalan itu bersama dengan Evelyn, mereka berlatih bersama Edward setiap hari agar bisa menjadi kuat.
Evelyn yang belum terbiasa dengan latihan keras pun kelelahan sampai dia sudah tidak bisa berdiri lagi, napasnya pun terengah-engah sambil tubuhnya yang terbaring kelelahan. Melihat Evelyn yang sudah seperti itu, Edward dan Sharon pun memutuskan untuk mengakhiri latihannya hari ini.
“Kurasa sudah cukup.”
Evelyn pun terdiam sambil melihat ke langit pagi yang cerah, dia sudah berusaha sekuat tenaganya, tetapi dia belum sebanding dengan Edward dan Sharon yang terliha masih bisa melanjutkan latihannya, dia pun sedikit merasa sedih karena merasa kalau dirinya hanya menjadi penghambat bagi Edward dan Sharon.
“Maafkan aku, Edward-sama, Sharon!”
Edward dan Sharon memaklumi itu karena Evelyn bukanlah petarung jarak dekat seperti mereka yang lebih mengandalkan kekuatan fisik daripada sihir, dia lebih seperti petarung jarak jauh seperti Chamuel yang sangat hebat dalam hal sihir.
“Tidak apa-apa Evelyn, malahan itu sudah bagus karena kau sudah berusaha semampumu.”
Walaupun Edward dan Sharon sama sekali tidak keberatan dengan itu, Evelyn tetap merasa tidak enak dengan mereka berdua yang terpaksa mengakhiri latihan karena dirinya yang lemah dan tidak berguna.
Edward tahu apa yang Evelyn rasakan saat ini, dia senang kalau Evelyn bertekad untuk menjadi kuat, tetapi itu tidak berguna jika dia memaksakan diri dan tidak menikmati bagaimana prosesnya karena terburu-buru hanya akan membuatnya menderita.
“Evelyn, untuk sekarang jangan pikirkan hal yang aneh-aneh, cukup lakukan saja sesuai dengan kecepatanmu.”
“Baik, Edward-sama.”
“Baiklah kalau begitu, aku akan kembali, ayo Evelyn!”
Sharon mengulurkan tangannya ke Evelyn yang berbaring di rerumputan hijau yang basah terkena Embun pagi yang dingin, Evelyn pun bangkit dari posisinya dan menggapai tangan Sharon, dia ingin segera pulang dan mandi agar terbebas dari keringat di tubuhnya.
“Baik, Sharon.”
Hubungan Evelyn dan Sharon jauh lebih membaik daripada saat mereka masih di kerajaan Elf, bahkan Evelyn yang dulu berbicara dengan Sharon menggunakan bahasa yang sangat formal, sekarang dia sudah menggunakan bahasa yang biasa layaknya teman dekat begitupun dengan yang lainnya, dia sudah tidak menyebut nama Lily, dan yang lainnya dengan panggilan kehormatan lagi, tetapi dia sangat menolak ketika Edward juga meminta namanya agar tidak ditambahkan dengan sebutan kehormatan juga.
“Kalau begitu Ed ayo Ed!”
“Ok!”
Di dalam sebuah bangunan rahasia yang terletak di bawah tanah, disitu terlihat ada seorang perempuan yang membawa sebuah buku yang besar di tangan kanannya, perempuan itu adalah dalang dari penyerangan di kota dengan monster yang ia summon, dan tentu saja dia juga yang menyummon monster serigala yang ditugaskan untuk menangkap Cornelia.
Perempuan itu teringat saat monster summonnya menghadapi Edward di dalam hutan, dia terkejut saat melihat monsternya bisa dikalahkan dengan sekejap dengan sihir aneh yang belum pernah dia lihat sebelumnya, itu adalah api putih yang pernah Edward gunakan di saat pertarungannya melawan Kenaz dahulu, dia sama sekali tidak menyangka kalau sihir api putih dari Edward bisa membuat monsternya terbakar tak tersisa.
“Tetapi aku tidak menyangka kalau dia juga menyadari keberadaanku.”
Tentu dia tidak tinggal diam dengan itu, dia bermaksid mendekat dan menyerang Edward secara tiba-tiba, tetapi itu percuma arena Edward terlihat seperti sudah menyadarinya bahkan sebelum dia mencoba mendekati Edward, Edward menatapnya dengan tajam walaupun jarak mereka sangatlah jauh dan membuatnya menghentikan itu.
Wanita itu pun tersenyum jahat saat mengingat-ingat tentang hal itu, dia seperti sangat menantikan untuk bisa bertarung dengan Edward dengan semua kekuatan yang dia punya.
“Kekuatan itu...luar biasa.”
Tiba-tiba muncul seorang laki-laki dari belakang wanita itu, laki-laki itu terlihat sudah berumur dengan jenggot putihnya yang panjang, dia juga memakai penutup mata di mata sebelah kirinya untuk menutupi luka yang dia dapat di mata kirinya.
“Sedang apa kau Avvanyon?”
Avvanyon pun menoleh ke arah laki-laki itu dengan muka yang datar seolah-olah senyum jahatnya tadi hanyalah sebuah ilusi belaka, dia adalah orang yang mahir menyembunyikan perasaannya yang sesungguhnya yang membuat dirinya seperti mempunyai dua kepribadian yang sangat berbeda.
“Kita harus segera memulai rencana kita.”
Di belakang laki-laki itu telah berbaris lima gadis kecil yang berpakaian sama seperti Cornelia dahulu, gadis-gadis kecil itu seperti sudah dicuci otak oleh mereka sehingga matanya terlihat seperti mata ikan mati, dan ekspresi mereka pun sangat datar.
Laki-laki itu tersenyum jahat, dari matanya nampak kebencian yang amat sangat dalam kepada White, dia sangat membenci White yang lebih memilih Arsenick untuk menjadi raja daripada dirinya yang lebih pantas, dia sangat mengutuk White di dalam hatinya yang sudah terjatuh ke dalam kegelapan itu.
“Rencana Pembunuhan White.”
ns 15.158.61.39da2