Itu tepat di hari dimana Draconis Gamma menyerang, Sharon meninggalkan Edward untuk membawa Alfred ke tempat yang aman dan mengabari teman-temannya untuk segera lari. Sharon tidak sekalipun menoleh ke belakang karena dia percaya kepada Edward karena selama ini Edward tidak pernah sekalipun mengingkari janjinya, dia terus berlari sambil membawa Alfred secepat yang dia bisa.452Please respect copyright.PENANAOvZbKQuW77
Sharon terus berlari sampai pada akhirnya dia sudah melewati hutan dan tiba di halaman belakang dari markas mereka, dia segera menuju ke ruang makan yang mungkin teman-temannya masih berada disitu.
“SEMUANYA CEPAT LARI!”
Teman-teman Sharon segera menoleh, mereka terkejut melihat Alfred yang terlihat sedang terluka parah dan tidak sadarkan diri.
“Apa yang terjadi?”
“Draconis Gamma menyerang kemari!”
Mereka tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya mendengar Draconis menyerang kemari, bahkan itu tidak terpikirkan oleh mereka sama sekali kalau sang dosa Amarah akan menyerang mereka.
“Tunggu! Bagaimana dengan Leader! Apakah kita harus meninggalkannya?”
Sharon sangat percaya kepada Edward, dia yakin pasti Edward akan kembali dengan selamat tetapi dia perasaannya tidak enak, dia merasa sangat takut jikalau Edward tidak akan kembali kepadanya, Sharon merasa sangat takut hanya dengan memikirkannya.
“Kalau begitu aku akan menyusul Ed! Mika-nee, tolong jaga Alfred.”
“Baiklah.”
“Aku ikut denganmu Sharon-san!”
Semuanya terkejut melihat gadis itu mengatakan sesuatu yang tidak terduga, biasanya dia hanyalah gadis yang sangat pendiam dan bahkan dia hampir tidak pernah berbicara dengan orang selain Edward. Dia adalah seorang gadis beramput merah muda panjang dan matanya juga berwarna merah muda.
“Tidak Rose! Kau harus lari!”
“Sharon-san, aku juga ingin menyelamatkan Ed-kun!”
Rose tetap memaksa untuk ikut dengan Sharon menyusul Edward yang sedang bertarung, karena keadaannya sangat berbahaya Sharon ragu-ragu untuk membawa Rose karena dia bukanlah petarung garis depan.
“Aku mohon Sharon!”
Sharon melihat ke dalam mata Rose, itu adalah mata seseorang yang telah membulatkan tekadnya, Sharon akhirnya menyetujui Rose untuk ikut bersamanya menyusul Edward. Setelah menyerahkan Alfred ke Mikaella, Sharon dan Rose langsung berlari ke tempat dimana Edward sedang mempertaruhkan nyawanya. Kecemasan nampak di wajah mereka berdua, mereka berdua takut dengan apa yang terjadi jika Edward tidak berhasil melarikan diri, apakah mereka akan sanggup melihatnya, apa yang harus mereka perbuat jika skenario terburuk yang ada di pikiran mereka menjadi kenyataan, mereka terus berlari dengan memikirkan itu.
“Dia tidak akan mati!”
Sharon mencoba memperkuat hatinya, dia berusaha untuk percaya kepada Edward yang telah berjanji untuk tidak akan mati sebelum tujuan mereka tercapai. Rose pun juga memiliki keyakinan yang sama, dia juga berusaha untuk tetap mempercayai Edward.
“Ed-kun, aku mohon jangan mati.”
Mereka terus berlari-dan berlari sampai akhirnya mereka hampir sampai ke tempat Edward, mereka mulai melihat cahaya yang akan tetap menyinari harapan mereka. mereka terus melihat kedalam cahaya itu dengan penuh harapan, akan tetapi cahaya itu perlahan memudar dan berubah menjadi keputusasaan.
“HANCURLAH MENJADI DEBU KAU MANUSIA RENDAHAN!”
“ED!”
“ED-KUN!”
Mereka melihat sihir dari Draconis menuju ke tubuh Edward yang sudah tidak berdaya, sihir itu membuat ledakan berwarna gelap dan menghancurkan area sekitar, Sharon dan Rose pun sampai terhempas dengan kekuatan yang dihasilkan oleh sihir tersebut seperti bulu yang tertiup angin dan akibat dari hempasan itu Sharon pun tidak sadarkan diri.
Setelah Sharon tersadar, dia mendapati dirinya sedang terbaring di atas puing-puing batu.
“Rose?”
Sharon segera menyadari kalau Rose menghilang, Sharon melihat di depannya terdapat lubang yang luas akibat dari sihir yang dikeluarkan Draconis dan mengingat kejadian itu. Sharon segera bergegas mencari Edward di dalam lubang yang besar itu dengan harapan palsu, dia tetap mencari dan mencari dengan air mata yang terus mengalir dari kedua matanya.
“Ed, jangan bercanda, kau masih hidup kan?”
Dia terus mencari Edward tanpa kenal lelah.
“Ed! Jangan bersembunyi!”
Terus mencarinya.
“Ed, berhenti bercanda!”
Terus mencarinya.
“Ed, tolong tunjukkanlah dirimu!”
Terus mencarinya.
“Ed! Ed! Ed! Ed! Ed! Ed! Ed! Ed! Ed!”
Sampai akhirnya Sharon terduduk diam, dia merasa hampa karena semua yang dia punya telah direnggut. Sharon menangis meratapi nasibnya yang sangat malang, dia menangis mengingat masa lalunya yang bahagia dimana semua yang dicintainya masih hidup, dia menangis mengingat masa-masa saat dia selalu bersama Edward. Tangis, canda, tawa masih terukir jelas di dalam ingatannya, dia terus mengingatnya dengan rasa sedih yang amat sangat.
“Kenapa? Kenapa? Kenapa kau tidak menepati janjimu Ed?”
Sharon mulai menyalahkan dirinya karena sudah meninggalkan Edward sendirian, dia mulai menyalahkan dirinya karena tidak bisa melindungi satu-satunya orang yang dia cintai.
“Kenapa aku sangat bodoh? Aku seharusnya sudah tau itu, Kenapa aku tidak bisa menolak permintaannya?”
Sharon tahu menyesal adalah hal yang tidak berguna sekarang, apapun yang dia lakukan itu tidak akan membawa Edward kembali kepadanya, dia terus menyesal dan menyesal terus menyalahkan dirinya atas apa yang telah terjadi sampai dia pun mulai jatuh ke dalam lubang keputusasaan yang tak mempunyai dasar.
“Aku bahkan tidak bisa melindunginya, aku tidak pantas untuk hidup.”
Kebencian pun mulai tumbuh di hati Sharon, kebencian terhadap Iblis yang sudah merenggut semua yang dia cintai, Ibu, Ayah, Edward, mereka semua telah direnggut oleh Iblis.
“BENCI! BENCI! BENCI! BENCI! BENCI! BENCI! BENCI! BENCI! AKU BENCI MEREKA SEMUA!”
Sharon mulai mengutuk para Iblis, mata yang sebelumnya menunjukkan seorang gadis yang polos, sekarang berubah menjadi mata yang penuh dengan kebencian yang teramat sangat kuat sehingga jika kau menatapnya seolah kau bisa merasakan kebencian yang sangat kuat.
“BUNUH! BUNUH! BUNUH! BUNUH! BUNUH! BUNUH! BUNUH! BUNUH! BUNUH MEREKA SEMUA!”
Sharon sudah mulai melupakan tujuannya dengan Edward, dia sudah tidak peduli lagi dengan kedamaian dunia ini, tidak peduli dengan janji mereka berdua.
“JIKA TAKDIRKU MEMANG UNTUK MENDERITA DAN MATI, MAKA AKAN KUBAWA MEREKA SEMUA BERSAMAKU!”
Hati Sharon sudah dikuasai oleh kegelapan.
“AKAN KUBUNUH SEMUA IBLIS DI DUNIA INI! AKU AKAN MENYERET MEREKA DAN MEMBAWA MEREKA KE NERAKA BERSAMAKU! AKU AKAN MEMBUNUH MEREKA DENGAN KEJAM SEPERTI APA YANG TELAH MEREKA LAKUKAN PADAKU!”
Tubuh Sharon mulai mengeluarkan aura hitam pekat sama seperti dirinya yang sudah jatuh dalam kegelapan.
“AKU TIDAK AKAN MEMAAFKAN MEREKA! AKAN KUBUAT MEREKA MENDERITA!”
Aura hitam yang dikeluarkan Sharon menjadi lebih kuat dan kuat, aura itu adalah wujud dari kebencian dan tekad Sharon untuk membunuh semua Iblis.
“TUNGGU AKU MAKHLUK RENDAHAN, AKAN KUBUNUH KALIAN SEMUA!”
Sharon memulai perjalanannya untuk membunuh semua Iblis, perjalanan dalam kegelapan abadi tanpa ujung, perjalanan berdarah yang dipenuhi dengan kebencian dan keputusasaan. Sharon berhenti peduli dengan apapun, dia akan tetap berusaha memenuhi tujuannya walaupun hanya seorang diri, dia tidak takut walau dihadapannya ada tujuh dosa besar ataupun raja Iblis, dia akan tetap dengan tujuannya sekalipun harus mengorbankan nyawanya.
452Please respect copyright.PENANAznucgaelIH
452Please respect copyright.PENANAEDnzBxHfXA
452Please respect copyright.PENANAie9v2lvp73
452Please respect copyright.PENANArpKOnxfdBs
452Please respect copyright.PENANAZ6uJPmvnDp