“Hei kamu, apa kamu tidak apa-apa?”
Sharon melihat seorang anak laki-laki yang mempunyai rambut berwarna putih bersih yang mengulurkan tangannya ke arah Sharon. Anak laki-laki itu tersenyum mencoba menghibur Sharon kecil yang sudah kehilangan harapannya untuk hidup lagi.
Itu adalah hari dimana pasukan iblis datang dan memporak-porandakan desa yang dia tinggali bersama orang tuanya. Desa yang seharusnya aman dari peperangan, dengan sekejap berubah menjadi lautan api. Tubuh dari para penduduk desa yang dibantai oleh pasukan iblis itu hanya tergeletak tak bernyawa yang menghiasi pemandangan yang mengerikan itu.
Sharon beruntung karena sesaat sebelum dia tertangkap oleh pasukan iblis, anak laki-laki itu menolongnya dan melindunginya dari pasukan iblis. Dengan susah payah, anak itu berhasil menyelamatkan Sharon dan membawa Sharon ke tempat yang aman.
Sharon yang matanya sudah seperti orang mati itu pun menoleh ke arah anak laki-laki berambut putih itu.
“Siapa kamu?”
Anak laki-laki itu tersenyum manis kepada Sharon berusaha menyembunyikan kesedihannya agar Sharon tidak merasa sedih lagi dengan apa yang telah terjadi dengannya.
“Namaku Edward. Kalau kamu?”
Sharon kembali menundukkan kepalanya dan hanya menatap tanah dengan tatapan kosong tanpa ada cahaya harapan apapun yang terlihat di matanya.
“Tidak ada gunanya kamu tahu namaku, sebentar lagi aku juga akan menyusul mereka.”
Kata-kata dari Sharon kecil yang telah putus asa dengan nasibnya itu membuat Edward merasa sedih. Dia sangat ingin melihat gadis kecil yang baru saja dia selamatkan itu gembira lagi, tetapi dia tidak tahu bagaimana caranya.
Sharon tidak mempedulikan kata-kata Edward kecil itu karena itu hanya terdengar seperti impian seorang anak kecil yang tidak tahu betapa kerasnya dunia ini. Sharon hanya terdiam sambil melamun menunggu kematiannya agar bisa dengan segera bertemu dengan orang tuanya.
“Ah, begitu!”
Edward pun duduk di sebelah Sharon yang termenung dengan matanya yang penuh dengan kesedihan itu. Dia tahu apa yang sedang dirasakan Sharon sekarang, karena dia juga merasakan perasaan yang sama.
Tiba-tiba di dalam kesunyian itu, ada satu ekor serigala yang datang memasuki gua tampat mereka bersembunyi itu. Itu membuat Edward sangat terkejut karena selama dia berkeliaran di hutan itu, dia sama sekali tidak pernah menemukan satu serigala pun. Tetapi dia menemukan seuah kejanggalan, serigala itu hanya sendirian, dia tidak menemukan kawanannya dimanapun dia melihat.
“Hey kau! Ayo kita segera lari!”
Sharon kecil yang sudah berputus asa itu pun hanya pasrah dengan nasibnya. Dia sudah tidak peduli apakah dirinya akan mati dimakan oleh serigala, atau mati karena kelaparan. Bagi dia itu sama saja, tidak ada yang berbeda karena baik pilihan yang manapun, dia juga akan mati.
Tetapi semakin serigala itu mendekat ke arah mereka, Sharon semakin dimakan oleh ketakutannya. Walaupun dia telah berkata tidak peduli dengan dirinya lagi, tetapi dia hanyalah seorang anak gadis biasa yang bahkan takut untuk melihat darah sekalipun. Tidak mungkin baginya untuk bisa siap menghadapi kematian.
Serigala itu semakin mendekat, dan mendekat ke arah mereka. Wajah Sharon pun penuh dengan ekspresi ketakutannya yang luar biasa. Seluruh tubuhnya sangat lemas sehingga tidak bisa hanya untuk berdiri sekalipun. Dia pun memejamkan matanya dan berharap kalau orang tuanya menolongnya saat ini.
“Mama, Papa, tolong aku.”
“Tch! Tidak ada pilihan lain!”
Edward pun segera menarik pedang yang sempat dia curi dari iblis saat akan menyelamatkan Sharon. Itu bukanlah pedang yang bagus, tetapi setidaknya pedang itu bisa berguna bagi Edward untuk menghadapi serigala itu.
Edward tahu kalau dia meninggalkan Sharon, maka kesempatannya untuk selamat akan naik. Tetapi, harga dirinya terlalu tinggi untuk melakukan itu, dia tidak ingin mengorbankan orang lain hanya untuk keselamatannya, dia akan melindungi dirinya sendiri dengan kekuatannya sendiri.
Serigala itu pun menyerang dengan cakar dan giginya yang sangat tajam yang bisa mencabik-cabik Edward kecil itu. Tetapi Edward berhasil menahan gigi serigala itu dengan pedangnya sehingga giginya yang tajam itu tidak sampai melukai Edward.
Sharon yang sangat ketakutan itu pun hanya bisa menutup matanya, dan berharap seseorang akan menolongnya, tetapi dia tidak sadar kalau di dunia yang kejam ini, tidak ada sesuatu yang seperti itu.
“Hey kau, apa kau tahu kalau aku juga merasakan hal yang sama denganmu?”
Sharon pun membuka sedikit matanya, dan melihat Edward yang menahan serigala itu dengan segala kekuatannya. Berbeda dengannya yang hanya bisa menangis dan pasrah menunggu bantuan dari orang lain, Edward sama sekali tidak menangis, ataupun takut dengan serigala itu. Sharon kecil itu pun hanya bisa terheran melihat ekspresi wajah Edward yang tidak menunjukkan wajah ketakutan sama sekali.
“Kenapa? Kenapa kau masih bisa?”
Sama seperti Sharon, tentu Edward merasakan perasaan sedih bercampur marah. Di dalam hatinya juga ada ketakutan yang sama dengan yang Sharon rasakan. Tetapi disamping itu juga ada rasa kebencian dan ingin membalas dendam terhadap iblis yang membunuh orang-orang tercintanya.
“Aku juga sama sepertimu, di dalam diriku, ada perasaan takut dan ingin menyerah. Tetapi, aku bukanlah orang yang hanya diam menunggu kematian! Selama aku masih hidup, aku akan terus berusaha sampai akhirnya aku bisa beristirahat dengan tenang dan tidak mempunyai penyesalan lagi!”
Edward mendorong pedangnya dengan sekuat tenaga dan memojokkan serigala itu di pohon besar yang berada di depannya.
Edward pun memasang wajah seriusnya kali ini. Matanya benar-benar belum menampakkan rasa menyerah dan putus asa. Mata itu selalu memancarkan rasa kebencian, dan amarah dari dalam lubuk hati Edward kecil.
“Apa kau tahu, dunia ini sangatlah kejam! Karena itulah kita harus bertarung untuk bisa bertahan hidup!”
Edward tidak ingin mengatakan ini, tetapi dia tidak mempunyai pilihan lain selain mengajari Sharon yang cengeng itu kebenaran tentang dunia yang sangat kejam ini.
“Karena itulah, kalau kau ingin tetap hidup, cepat ambil pedang itu, dan bertarunglah! Jangan menjadi gadis cengeng, kau bodoh!”
Sharon yang mendengar itu pun menangis dengan sangat keras, tetapi itu tidak menghentikan Edward untuk mengajarinya kebenaran tentang dunia ini.
“Jangan Cuma menangis! Cepat ambil pedang itu, dan bertarunglah demi hidupmu, dasar gadis cengeng! Jangan membuat usahaku untuk menyelamatkanmu menjadi sia-sia! Bertarunglah demi dirimu sendiri!”
Sharon yang masih menangis itu pun mulai menggerakkan tangannya dan menggenggam gagang pedang yang berada di sampingnya. Tangannya merasa sangat lemas hanya dengan memegang pedang itu. Pedang yang menurutnya adalah sesuatu yang sangat menakutkan karena bisa melukai seseorang, sekarang dia harus memegangnya dengan tangannya sendiri. Dengan tubuh lemasnya itu, Sharon kecil pun mulai berdiri dengan kedua kaki kecilnya itu dengan bersusah payah.
“CEPAT BERTARUNGLAH, DASAR GADIS CENGENG!”
Sharon pun mengarahkan ujung pedangnya yang lancip dan berlari ke arah serigala yang sedang dipepet Edward kecil itu. Dia berlari dengan mengeluarkan seluruh tenaganya dengan mata yang masih mengeluarkan air mata itu. Dia berteriak dengan sangat keras sehingga semuanya dapat mendengar teriakan seorang gadis kecil yang akan mengubah dirinya itu.
Ujung dari pedang Sharon itu pun menusuk perut dari serigala itu sehingga membuat serigala itu menggeram kesakitan. Darah serigala itu pun membasahi tangan sharon kecil itu dan membuatnya sangat syok. Sharon melihat darah di tangannya dengan ekspresi yang sangat ketakutan. Darah yang selama ini membuatnya merasa ketakutan itu, sekarang membasahi kedua tangan kecilnya itu.
Edward pun melepas serigala yang telah tertusuk pedang itu, dan segera membunuhnya untuk mengakhiri segala penderitaannya. Setelah itu, dia hanya menatap kearah serigala yang mati itu dengan tatapan kesedihan.
“Inilah kenyataan di dunia ini. Kalau kau tidak kuat, maka kau akan segera mati! Yang kuatlah yang akan menentukan nasib yang lemah, itulah bagaimana dunia ini bekerja. Karena itu, berhentilah menjadi gadis cengeng!”
Edward berjalan ke arah Sharon yang sama sekali tidak bisa berhenti untuk menghentikan aliran air matanya dan mengelus kepalanya itu dengan wajahnya mencoba untuk tersenyum meskipun senyuman itu adalah senyuman palsu.
“Dan tetaplah berusaha untuk hidup seberat apapun itu!”
Sharon terkesima dengan Edward yang berusaha membuka mata Sharon yang merupakan seorang gadis manja, dan membuatnya menjadi seorang gadis yang mandiri dan kuat.
“Dan tunggu, akulah yang akan mengubah dunia ini!”
Saat itu lah Sharon kecil merasakan hangatnya cahaya lagi. Dia tidak tahu apa yang terjadi dengannya, tetapi melihat itu, hatinya yang kosong itu berubah menjadi berbunga-bunga dan penuh dengan harapan lagi. Mata Sharon yang sudah seperti orang mati itu pun kembali menjadi hidup.
Baginya mungkin itu hanyalah mimpi seorang anak yang polos, tetapi entah kenapa ada sesuatu di dalam hati Sharon yang berkata bahwa itu sangat mungkin. Dia pun mengusap air matanya dan menghilangkan wajah sedihnya itu.
Edward pun melepaskan tangannya dan bersiap untuk pergi, tetapi Sharon mencubit baju dari Edward akan pergi itu, dan wajahnya pun menjadi sedikit memerah.
“Tu-tunggu, jangan pergi! A-aku juga ikut bersamamu.”
Edward pun tersenyum sambil menggenggam tangan Sharon dengan erat. Dia sangat senang karena telah mendapatkan teman untuk perjalanan barunya dalam meraih mimpinya itu. Meskipun Edward tahu sekarang mereka masih sangat lemah, tetapi dia sama sekali tidak akan putus asa karena dia sangat percaya bahwa harapan akan membawanya pada tujuannya.
“Benarkah itu?! Kalau begitu ayo berjanji bahwa kita akan selalu bersama, kita akan juga saling membantu satu sama lain dalam kesusahan, dan kita tidak akan terpisahkan untuk selamanya!”
”Ya, Ja-jangan salah sangka! I-ini bukan berarti kalau aku ingin bersamamu a-atau apapun itu!”
Wajah Sharon kecil itu semakin memerah karena Edward yang menggenggam tangannya dengan erat. Dia tidak percaya kalau dirinya akan menjadi seperti ini, dia tidak percaya kalau dirinya akan menyukai anak berambut putih itu.
“Bo-bodoh! P-pastikan kau bertanggung jawab ya?”
Mereka pun saling mengaitkan jari kelingkingnya dan membuat sebuah janji. Itu adalah sebuah janji yang selalu Sharon ingat di dalam hidupnya. sebuah janji yang sangat penting di dalam hidup Sharon, dan sebuah janji yang akan selalu mengingatkan Sharon bahwa dirinya lemah.
“SIAL! Apanya yang saling membantu! Aku bahkan tidak pernah sekalipun membantu!”
Sharon menangis mengingat-ingat tentang masa lalunya dengan Edward itu. Masa dimana Edward menyelamatkannya dan membuatnya memiliki harapan lagi. Sharon teringat kalau dirinya sudah beberapa kali diselamatkan oleh Edward, tetapi dirinya sama sekali belum pernah menyelamatkan Edward karena dirinya yang lemah. Dia merasa sama sekali tidak berdaya saat ini, dia telah membiarkan Edward yang sangat dia cintai dan kasihi menjadi seperti sekarang.
Edward memang selamat dari ledakan cahaya itu, tetapi kondisinya sekarang bahkan jauh lebih buruk daripada White atau siapapun sampai-sampai tidak ada seseorang pun yang bisa tidak menangis melihat kondisi Edward sekarang.
“SIAL! SIAL! SIAL! SIAL! SIAL!”
Sharon terus meninju pohon yang berada di depannya itu dengan keras dengan air mata yang terus mengalir dari matanya yang indah itu. Dia merasa benci kepada dirinya sendiri karena sama sekali tidak berguna. Dia benci kepada dirinya sendiri karena sangat lemah. Dia benci kepada dirinya sendiri karena sama sekali tidak bisa menyelamatkan Edward disaat dia sedang membutuhkan bantuan.
“SIAL! SIAL! SIAL! SIAL! SIAL!”
Sharon terus meninju pohon besar itu berkali-kali sampai akhirnya dia menyerah dan terdiam dengan tatapan yang sangat menyedihkan. Dia sangat ingin menyelamatkan Edward dan membuatnya seperti sedia kala lagi, tetapi bahkan Chamuel yang sampai pulang ke Fuschia untuk mengerahkan semua yang dia punya, tetap menemui sebuah jalan buntu.
Kalau dia bisa, dia sangat ingin menukar posisinya saat ini dengan Edward. Dia tidak peduli akan menjadi seperti apa dirinya, asalkan dia bisa menyelamatkan Edward, maka itu sudah lebih dari cukup.
“Sial! Kenapa aku sangat lemah seperti ini! Aku bahkan tidak bisa menyelamatkannya satu kali pun! Sial!”
Sharon memandangi langit yang mendung gelap seolah-olah ikut bersedih dengan apa yang terjadi itu dengan wajah yang penuh dengan kesedihan. Dia merasa kalau tidak ada gunanya dia berada di sisi Edward, kalau dia bahkan tidak bisa berguna untuknya. Dia bahkan sudah berkali-kali berpikir untuk pergi dari sini, tetapi dia tidak sanggup untuk melakukannya.407Please respect copyright.PENANA0KgOU3Bv2V