"Nak Edward, aku mohon jangan bunuh putraku!"
Edward terus berjalan melewati Heldalf yang sedang bersujud meminta ampun untuk anaknya, Edward bahkan tidak melihat atau menunjukkan emosi apapun kepada Heldalf, dia hanya diam dan terus berjalan mendekati Kenaz yang sudah sepenuhnya kehilangan kesadarannya.
"Wahai makhluk yang tercemar! aku akan menyucikanmu."
Monster itu menyadari keberadaan Edward yang mendekat dan menggunakan aura hitam untuk membuat tentakel dan mencoba menyerang Edward, tetapi Edward berhasil menangkap tentakel itu dengan tangan kanannya yang dilapisi oleh api suci dan membuat tentakel itu terbakar. Api putih itu merembet dengan cepat menuju ke monster itu, tetapi monster itu segera memisahkan tentakel itu dari dirinya sebelum dirinya juga terbakar oleh api suci.
Monster itu pun perlahan berjalan ke belakang seolah-olah takut ketika melihat api suci di tangan Edward dan akhirnya berlari dan melompat menuruni bukit menuju ke hutan untuk menjauh dari Edward, dia merasakan sesuatu yang berbahaya dari dalam diri Edward yang telah terbangun dari tidurnya.
"Aku tidak akan membiarkan satu kotoran pun lolos dariku."
Edward melompat jauh dari tempatnya berdiri dan mencoba melempar api sucinya ke arah monster itu, tetapi monster itu selalu menghindar dan akhirnya berhasil masuk ke dalam pepohonan hutan Elf yang lebat.
"Ed-chan!"
Chamuel bersiap terbang untuk menyusul Edward dan membantunya mengalahkan monster itu, tetapi sayangnya Jenderal Elf itu menghalangi Chamuel untuk menyusul Edward dengan mengancam untuk membunuh Akiva.
"Jangan bergerak atau dia akan mati!"
"Cih! Sialan!"
Edward pun mulai memasuki pepohonan hutan Elf yang lebat dan mendarat di tanah, dia mencoba melirik kesana-kemari untuk menemukan keberadaan monster itu tetapi sama sekali tidak menemukannya. Edward menutup matanya dan berusaha merasakan hawa dari monster itu dan tiba-tiba monster itu pun menyerangnya dari jarak jauh menggunakan tentakel yang terbentuk dari aura hitam, Edward segera menyadari itu dan dia pun berhasil menghindar dan menangkap tentakel itu dengan kedua tangannya lalu menariknya dengan kuat sehingga membuat monster itu tertarik ke arahnnya.
Monster itu pun membuat tentakel dari aura hitamnya lagi dan melilitkannya ke salah satu pohon agar tidak tertarik tetapi Edward dengan cepat melompat ke arah monster itu dan menembakkan api suci dari kedua tangannya. Monster itu tidak punya cukup waktu untuk menghindar dan mencoba membuat tameng dari aura hitamnya, Api itu dengan cepat membakar tameng itu dan dari balik tameng itu terlihat Edward dengan cepat menuju ke arah monster itu dengan berlari di atas tentakelnya.
"Rasakan ini!"
Edward mencengkram kepala monster itu dengan tangan kanannya yang dilapisi oleh api suci dan membuat monster itu terbakar hebat, monster itu pun menggeliat kepanasan akibat dari api suci yang membakar badannya. Setelah beberapa lama akhirnya seluruh aura hitam itu mulai mengelupas dan menghilang akibat dari api suci yang terus-menerus membakarnya dan hanya menyisakan Kenaz yang sudah tidak sadarkan diri dengan tubuhnya yang terluka parah akibat dari aura hitam itu, kulitnya yang putih di sekujur tubuhnya mengelupas sehingga terlihat dagingnya yang merah dan dia pun terjatuh tetapi berhasil ditangkap oleh Edward sebelum dia menghantam tanah.
Chamuel dan yang lainnya tidak bisa berbuat apa-apa karena Jenderal Elf itu terus menyandera Akiva dan mengancam akan menggorok lehernya jika ada yang bergerak dari situ, mereka benar-benar kehilangan akal untuk menyelamatkan Akiva dan segera menyusul Edward yang sedang bertarung dengan Kenaz yang sudah menjadi monster. Chamuel dan yang lainnya sangat khawatir karena monster itu sangat tangguh, bahkan setelah terkena serangan telak dari mereka monster itu masih terlihat tidak apa-apa.
"Ed-chan, semoga kau baik-baik saja."
Jenderal besar itu sangat mewaspadai gerak-gerik dari Chamuel dan yang lainnya karena dia merasa jika sedikit lengah saja bisa membuat keadaan berbalik untuknya. Matanya tetap melotot sepanjang waktu mengawasi setiap gerak-gerik yang dilakukan Chamuel dan yang lainnya, dia memaksa tubuhnya untuk mencapai kewaspadaan level tertinggi sehingga tidak ada satu hal pun yang akan dia lewatkan.
"Bagaimana ini Shar-chan, Lilith-chan, Lily-chan...tunggu! dimana Lily-chan!"
"Eh! Bukannya tadi dia disini?"
Tiba-tiba Lily muncul tepat di belakang Jenderal Elf itu, semua orang sangat terkejut dengan Lily yang tiba-tiba berada disana bahkan saat Jenderal Elf itu tidak mengendorkan sedikitpun pengawasannya. dia pun menjegal kaki kanan dari Jenderal Elf itu dan membuat Jenderal Elf itu kehilangan keseimbangannya.
"Tunggu?!"
Lily pun memegang kepala Jenderal itu dan membenturkannya dengan keras ke lantai sehingga membuat lantai batu itu menjadi retak, Jenderal itu pun langsung tidak sadarkan diri dan akhirnya Akiva pun terbebas darinya.
"Good Job Lily-chan!"
Heldalf dan Evelyn segera berlari menuju Akiva yang sudah terbebas dan memeluknya dengan tangis haru, mereka sangat bersyukur karena Akiva berhasil selamat tanpa mengalami luka apapun.
Setelah berhasil membebaskan Akiva, Chamuel dan yang lainnya pun segera berlari menuju ke hutan untuk membantu Edward, tetapi mereka berhenti karena melihat Edward berjalan menaiki bukit menuju ke kuil itu dengan membawa serta di punggungnya Kenaz yang sudah tak sadarkan diri dengan luka yang parah.
"Cih! Chamuel juga ingin digendong seperti itu."
Chamuel dan yang lainnya pun langsung berlari menuju Edward untuk memastikan dia tidak apa-apa dan bercanda seperti biasa yang mereka lakukan, mereka semua ingin mendengar pujian oleh Edward karena telah bertarung dengan baik apalagi Lily yang berhasil membebaskan Akiva dari tangan Jenderal Elf, Lily sangat menginginkannya sampai-sampai dia tersenyum gembira karena tidak sabar menantikan pujian dari Edward.
"Ed! Lily berhasil!"
Edward sama sekali tidak menanggapi Lily dan hanya berjalan melewati Lily dan yang lainnya, dia hanya menatap lurus ke depan tanpa mengindahkan mereka, ekspresinya pun hanya dingin dan datar seolah tidak menganggap keberadaan Lily dan yang lainnya ada.
"Ed!"
Akhirnya Lily pun memeluk Edward dari belakang dengan erat seolah-olah dia tidak mau membiarkan Edward berjalan begitu saja, Edward pun berhenti karena pelukan Lily yang seolah tidak membiarkan Edward berjalan tetapi tiba-tiba Lily merasakan perasaan yang sangat aneh, hatinya sangat sesak seolah-olah sedang ditindih dengan sesuatu yang sangat berat, dia merasakan kesedihan yang amat mendalam ketika memeluk Edward. Air mata Lily pun jatuh membasahi pipinya yang lembut itu tanpa tahu kenapa, dia sudah berusaha menahannya tetapi air mata itu tetap keluar.
"..."
Lily melepaskan pelukannya dari Edward dan hanya terdiam tidak tahu apa yang terjadi kepadanya, Chamuel, Sharon, dan Lilith pun hanya terdiam tidak tahu apa yang terjadi dengan Lily sehingga tiba-tiba menangis. Edward pun memutar badannya dan melihat ke arah Lily yang meneteskan air mata, tatapannya sungguh datar dan dingin tanpa emosi sedikit pun seolah-olah dia sama sekali tidak peduli dengan apa yang terjadi.
"Ea."
Mendengar itu, hati Lily semakin sesak dan air matanya pun semakin mengalir deras membasahi pipinya seperti sungai yang terus mengalir deras tanpa henti. Lily berusaha mengusap air matanya dengan tangan tetapi sama sekali tidak berhenti dan terus mengalir tak terbendung.
Edward pun berbalik dan berjalan menuju Heldalf, Akiva, dan Evelyn berada, dia pun meletakkan Kenaz yang terluka parah di hadapan mereka dan mereka pun terkejut dengan kondisi Kenaz yang kulitnya sudah terkelupas itu, mereka mendekati Kenaz dan menangis karena mengira Kenaz sudah meninggal melihat kondisi Kenaz.
"Dia masih hidup."
Heldalf terkejut mendengar kata-kata Edward, dia pun memeriksa keadaannya dan sangat lega karena putranya itu masih terasa denyut nadinya.
Penglihatan Edward pun semakin kabur dan matanya menyempit seperti orang yang sangat kelelahan setelah melakukan kerja berat. Edward pun menutup matanya dan roboh tidak sadarkan diri, luka di dadanya yang belum sembuh mulai mengeluarkan darahnya lagi dan membuat tubuhnya semakin dingin.
"Ed!"
Lily dan yang lainnya pun segera mendatangi Edward dengan wajah cemas karena suhu tubuhnya yang semakin dingin karena dia sudah kehilangan banyak darah akibat tusukan dari aura hitam itu. Heldalf langsung menyuruh untuk Chamuel dan yang lainnya untuk segera membawa Edward dan Kenaz kembali ke istana agar segera mendapatkan perawatan sebelum semuanya terlambat.
"Ed, bertahanlah!"
Di suatu empat di hutan Elf yang lebat terdapat seseorang yang memakai jubah hitam, dia memegang bola kristal putih di tangannya. Bola kristal itu adalah bola kristal sihir langka yang biasa digunakan untuk mengamati sesuatu dari jarak jauh, biasanya itu digunakan untuk memata-matai dan menggali informasi dari seseorang tetapi itu tidak berguna jika dia memasang sihir penghalang yang mencegah bola kristal itu melihatnya. Melalui bola kristal itu dia telah melihat seluruh pertarungan Edward dan terlihat kesal dengan akhir dari pertarungan itu yang tidak sesuai dengan rencananya.
"Cih rencanaku gagal! Aku harus segera melaporkan ini ke tuanku."
"Itu tidak perlu."
Tiba-tiba orang itu mendengar suara seorang laki-laki yang berasal dari atas pohon, dia pun segera mencari asal dari suara itu dan mendapati seorang laki-laki yang sedang duduk di atas cabang pohon dan seorang wanita yang berdiri di sampingnya. Laki-laki itu mempunyai rambut pirang panjang keemasan dengan mata biru yang indah, dan seorang wanita yang berdiri di sampingnya memiliki rambut berwarna putih dengan kepang dua panjang ke belakang, dia juga mempunyai telinga kucing.
"Karena kau akan segera mati disini."
Orang berjubah itu sangat terkejut melihat laki-laki yang sedang duduk di atas cabang pohon itu.
"Kau?! Ke-kenapa kau disini?"
"White."
Wanita yang berdiri di samping laki-laki itu turun dari atas pohon dengan perlahan dan indah, setelah itu dia mulai berjalan menuju ke pria berjubah itu dengan wajah datar tanpa menunjukkan ekspresi apapun, kuku tangannya pun memanjang sehingga terlihat sangat runcing dan tajam seolah-olah seperti pisau yang baru diasah.
"Bunuh dia!"
"Baik, Arsenick-sama."
Pria itu pun mengarahkan telapak tangannya ke wanita yang semakin mendekat itu dan dari depan tangannya pun mulai muncul lingkaran sihir berwarna merah.
"Cih tidak ada pilihan lain! Fire Bo-"
Sebelum pria itu mengeluarkan sihirnya, dengan sekejap mata wanita bertelinga kucing itu memenggal kepala orang berjubah dengan kukunya yang sangat tajam, kepala dari pria berjubah itu pun melayang di udara sebelum akhirnya jatuh ke tanah dengan mata yang masih terbuka, darah pun menyembur dari leher tanpa kepala itu dan akhirnya tubuh yang sudah tidak bernyawa itu roboh.
Laki-laki yang duduk di atas cabang pohon itu turun dan mengambil bola kristal yang berada di tangan dari mayat orang berjubah itu, dia menatap ke dalam bola kristal dan melihat Edward yang sedang tidak sadarkan diri setelah bertarung melawan Kenaz yang berubah menjadi monster.
"Seperti yang kuduga kau benar-benar menarik Edward! Bukankah kau juga berpikir seperti itu White?."
"Ya, Arsenick-sama!"
Setelah menatap bola kristal itu beberapa saat, Arsenick meremasnya dengan kuat dan membuat bola kristal itu hancur menjadi kepingan-kepingan kecil. Lalu laki-laki itu mengarahkan jari telunjuknya ke arah mayat dari orang berjubah dan mengeluarkan sihir api untuk membakar mayatnya.
"Beristirahatlah dengan tenang."
Setelah membakar mayat orang berjubah, Laki-laki itu pun berdiri meninggalkan mayat yang terbakar itu dan menghilang ke dalam hutan Elf yang lebat bersama wanita bertelinga kucing itu.
"Aku menantikan pertemuan kita nanti, Edward!"481Please respect copyright.PENANAIeqSMl3i9b